REPUBLIKA.CO.ID, NATUNA -- Tabuhan rebana dan lantunan lagu melayu menyambut kedatangan rombongan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (Persero) ke SDN 08 Sebala, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Selasa (2/5) siang. Selain memberikan bantuan, kedatangan sejumlah kepala divisi BRI itu untuk memberikan wawasan dan inspirasi kepada murid SD dari wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
Kepala Divisi BUMN 2 Bank BRI, Kokok Alun Akbar, kepada wartawan mengatakan BRI berupaya secara konsisten melakukan berbagai kegiatan yang menunjang peningkatan mutu di bidang pendidikan. "Kegiatan ini juga diharapkan mendorong semangat belajar murid,” kata dia usai mengisi sesi mengajar di kelas. Acara itu sebagai bagian dari program 'BRI Mencerdaskan Anak Bangsa'.
Selain Kokok, sejumlah kepala divisi bank pelat merah juga turut serta dalam program blusukan tersebut. Di antaranya Ahmad Solichin Lutfiyanto Divisi Transaction Banking, dan Ernawan Divisi Akuntansi & Manajemen Keuangan.
Kokok mengatakan, program BRI mencerdaskan anak bangsa bertujuan memastikan generasi penerus bangsa tetap nencintai dan menjaga kedaulatan NKRI. Dari program kesehatan, kata Kokok, BRI memberikan bantuan ke Puskesmas berupa ambulance atau pembangunan gedung.
"Program ini sebagai bagian dari CSR kami. Seperti dari dari kesehatan, dan pendidikan. Kalau bantuan di pendidikan kami memberikan bantuan ke sekolah-sekolah," kata dia saat berbincang dengan Republika.co.id.
Dalam kesempatan itu, BRI memberikan bantuan Rp 100 juta kepada SDN 08 Sebala dan beasiswa kepada enam siswa-siswi berprestasi masing Rp 500 ribu. "Saya senang mendapatkan bantuan ini. Mau saya pakai untuk keperluan sekolah," kata Ahmad, siswa kelas 3 yang mendapatkan bantuan beasiswa.
Selain di Natuna, BRI juga menggelar kelas inspirasi di sejumlah gugusan pulau terluar Indonesia. Seperti di Muko Muko, Nunukan di Kalimantan Utara, Tidore di Tahuna dan sejumlah daerah di Papua.
Saat berbincang dengan Republika.co.id, Kepala SDN 08 Sebala Bedawi mengaku bantuan dari pemerintah atau pun swasta belum pernah sampai ke sekolah yang memiliki sekitar 50 siswa dari kelas satu hingga enam tersebut. "Ini baru pertama kali, dan kami sangat terbantu," kata.