Rabu 03 May 2017 06:53 WIB

Harga Sembako Diprediksi tak Naik Jelang Ramadhan, Ini Alasan Bulog

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Nur Aini
Pedagang beras dengan bermacam harga.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang beras dengan bermacam harga.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, harga kebutuhan pokok di pasaran mestinya tidak akan mengalami lonjakan harga drastis. Direktur Pengadaan Bulog Tri Wahyudi Saleh menyatakan, untuk stok beras, gula pasir, dan daging, mestinya tidak akan terlalu bergejolak.

''Untuk komoditas tersebut, kondisi stok Bulog secara nasional sangat mencukupi. Karena itu, seharusnya tidak ada masalah,'' katanya di Purwokerto, Selasa (2/5).

Seperti stok beras, Tri menyebutkan, kondisi stok saat ini yang dikuasai Bulog mencapai 2,1 juta ton. Stok sebanyak ini baru berkurang sedikit, karena penyaluran raskin baru mulai dilakukan akhir April 2017 lalu. Sementara penyerapan gabah hasil panen petani, hingga saat ini masih berlangsung dengan rata-rata sebanyak 16 ribu-17 ribu ton per hari.

Dia mengakui, bila dilihat dari tingkat penyerapan, kondisi penyerapan memang belum terlalu banyak, terutama dari hasil panen awal tahun 2017 ini. Hingga April 2017 lalu, penyerapan baru mencapai 924 ribu ton. Sementara target penyerapan beras hasil panen petani hingga akhur tahun, ditetapkan sebesar 4 juta ton.

''Memang penyerapan hasil panen tahun ini masih jauh dari target. Namun kita optimistis, hingga akhir tahun nanti target penyerapan 4 juta ton akan bisa terlampau karena kami perkirakan musim panen raya petani masih akan berlangsung dua kali lagi,'' ujarnya.

Sementara mengenai kondisi stok gula pasir, Tri menyebutkan, Bulog memiliki stok saat ini sebesar 400 ribu ton. Menurutnya, stok sebanyak ini masih akan sangat mencukupi bila hanya untuk kebutuhan sampai lebaran mendatang.

''Stok sebanyak 400 ribu ton tersebut, hanya stok yang dimiliki Bulog saja. Belum termasuk stok gula yang dimiliki pihak swasta,'' katanya. Karena itu, dengan tingkat kebutuhan gula secara nasional sebanyak 240 ribu ton per bulan, Tri optimistis ketersediaan gula pasir di Tanah Air akan sangat mencukupi hingga lebaran.

Menurutnya, gula pasir yang dimiliki Bulog tersebut berasal dari PTPN dan BUMN PT Rajawali Nusantara Indonesia. ''Untuk gula yang dimiliki PTPN, saat ini memang masih belum musim giling lagi. Namun setelah lebaran, saya kira sudah akan mulai giling lagi, dan kita akan memenuhi kebutuhan selanjutnya dari hasil giling tersebut,'' ujarnya.

Sedangkan untuk daging, Tri menyebutkan, sesuai dengan penugasan yang diberikan pemerintah, pihaknya juga telah menyediakan daging kerbau sebanyak 35-40 ribu ton. Daging kerbau beku yang didatangkan dari India tersebut, sebagian sudah datang di Tanah Air, dan mulai didistribusi ke kantor-kantor cabang Bulog di daerah.

''Penjualan daging kerbau beku ini, sekarang tidak hanya kita jual di wilayah Jabodetabek saja. Tapi kita jual melalui sub divre Bulog di daerah, kecuali bagi daerah yang pemerintah daerahnya menolak mendapat pasokan daging kerbau beku,'' katanya.

Seperti wilayah Provinsi Jateng, menurut Tri, untuk pengiriman akhir April lalu mendapat jatah sebanyak 4.000 ton. Pasokan tersebut masih akan terus dilakukan, hingga saat lebaran sehingga kebutuhan daging pada masa lebaran akan bisa terpenuhi dengan penyedian daging kerbau beku.

Sedangkan untuk daerah yang menolak mendapat pasokan daging beku, Tri menyebutkan, Bulog akan mematuhi permintaan tersebut dengan tidak memberikan pasokan. ''Kita bisa memahami bila ada pemerintah daerah yang menolak daerahnya menadapat pasokan daging kerbau beku, dengan alasan untuk melindungi peternak sapi lokal,'' katanya.

Dia mengakui, dengan harga jual daging kerbau impor yang dilakukan Bulog memang jauh lebih murah dibandingkan dengan daging sapi. ''Daging kerbau impor hanya kita jual Rp 80 ribu per kg. Sementara daging sapi di pasaran, masih pada kisaran Rp 110 ribu hingga Rp 120 ribu per kg,'' ujarnya.

Sedangkan untuk minyak goreng, Tri mengaku, Bulog memang tidak memiliki stok secara langsung. Namun stok dimiliki oleh Kementerian Perdagangan, yang kemudian mendistribusikannya melalui Bulog dengan harga jual Rp 11 ribu per liter. ''Seperti Migor yang didistribusi melalui Bulog Jateng, saat ini ada sekitar 100 ribu liter yang dijual dengan harga Rp 11 ribu per liter,'' katanya.

Berdasarkan kondisi tersebut, Tri optimistis, menjelang puasa dan Lebaran mendatang, mestinya tidak akan terjadi gejolak harga. ''Dengan stok sembako yang kita miliki, seharusnya harga sembako relatif stabil. Kecuali untuk komoditi tertentu yang kita tidak memiliki penugasan, seperti daging ayam potong atau telur ayam,'' ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement