Jumat 28 Apr 2017 11:23 WIB

Pemerintah Upayakan Harga Energi Bisa Terjangkau oleh Masyarakat dan Industri

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan pihaknya berupaya agar  harga energi di tanah air dapat dijangkau oleh masyarakat maupun industri. Salah satu sektor energi yang menjadi terobosan Jonan yakni keterjangkauan dan ketersediaan energi ketenagalistrikan di masyarakat. 

Menurutnya, salah satu interface yang sangat penting di ketenagalistrikan itu adalah merubah pola komunikasi penyedia atau dalam hal ini PLN dengan customernya. "Sekarang kita lagi mendorong PLN sebagai operator untuk membuat unit penampung keluhan dan mendorong PLN membayar denda kepada customer nya. Kalau kita lihat sambungan listrik nya telat atau sering mati dan sebagainya, sekarang ini PLN mau bayar (biaya ganti rugi)," kata Jonan lewat keterangan tertulis, di Jakarta, pada Jumat (28/4).

Jonan menuturkan fluktuasi nilai tukar dolar yang berubah ubah akan menyebabkan harga energi dasar juga ikut berubah. Akibatnya pemerintah mengambil kebijakan dengan penyesuaian tarif listrik tiap 3 bulan untuk memastikan harga listrik tetap terjangkau dan memberikan kepastian iklim investasi di Indonesia.

"Bagaimana caranya listrik makin banyak makin tersedia tapi harganya makin terjangkau. saya nggak bilang makin murah. Ini yg menjadi tugas pemerintah bagaimana Semua orang bisa berlangganan listrik," ujarnya.

Jonan melanjutkan, di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT), untuk 2 tahun kedepan target pemerintah membuat 2500 desa dengan home solar sistem untuk 4 buah lampu dan satu buah colokan handphone. Kemudian ada 10 ribu  Desa lagi yang pelayanan listriknya belum tercukupi.

Di sektor pertambangan, jelas Jonan,pemerintah membuat terobosan dengan mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di mulut tambang. Karena dalam jangka panjang mengirim listrik jauh lebih murah dan efisien dibanding mengirim batubara. 

Terobosan serupa juga sama dengan distribusi gas yaitu dengan pembangunan pembangkit di wellhead atau sumur pengeboran yang kemudian di distribusikan langsung dengan kabel transmisi."Kita dorong pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di mulut tambang ataupun langsung di wellhead. Ini semua agar harga listrik jauh lebih murah dan efisien," ujar Jonan.

Jonan juga menyinggung kebijakan diversivikasi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) dengan mewajibkan pemasangan minimal 1 dispenser BBG di tiap SPBU. Pemerintah menargetkan hingga tahun 2019 akan terpasang dispenser gas di 150 lokasi SPBU tersebar di wilayah yang sudah ada infrastruktur gasnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement