REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (26/4) pagi bergerak melemah sebesar sembilan poin menjadi Rp 13.274, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.265 per dolar AS.
"Tren penguatan harga komoditas minyak yang melandai menjadi salah satu faktor penghalang bagi laju mata uang rupiah," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.
Harga minyak jenis WTI Crude pada Rabu (26/4) pagi ini bergerak melemah 0,26 persen menjadi 49,43 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,21 persen menjadi 51,99 dolar AS per barel. Kendati demikian, menurut dia, ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka. Tren penguatan mata uang global terhadap dolar AS akan membuka ruang apresiasi bagi rupiah.
Ia mengatakan sentimen dari dalam negeri menyusul meredanya ketidakpastian politik juga perlahan telah mengembalikan optimisme pelaku pasar uang untuk kembali melakukan akumulasi pada aset berisiko. Di sisi lain, ia mengatakan bahwa data inflasi April 2017 serta data pertumbuhan produk domestik bruto kuartal pertama 2017 yang akan diumumkan dalam waktu dekat dengan proyeksi yang masih positif turut menjaga laju mata uang domestik.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan apresiasi mata uang euro terhadap dolar AS setelah merespon potensi kemenangan Emmanuel Macron sebagai presiden Prancis juga akan dapat memberikan imbas positif pada laju rupiah. "Macron dianggap sebagai pendukung Uni Eropa dan dapat melakukan perbaikan ekonomi Prancis, yang akhirnya dapat menjaga perekonmian global sehingga juga turut berdampak pada di kawasan Asia," katanya.