REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Astra menggelar bincang inspiratif bertema Menggali Makna 60 Tahun Astra yang mengupas isi buku 'Astra on Becoming Pride of The Nation' di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, Jumat (21/4). Dalam diskusi itu, perusahaan yang didirikan oleh William Soeryadjaya tersebut membagikan rahasia suksesnya sehingga bisa langgeng berkarya selama 60 tahun di Indonesia.
Head of Investor Relations PT Astra International Tbk Tira Ardanti mengatakan, dalam menjalankan bisnisnya Astra memegang teguh prinsip 3P, yakni Portfolio, People dan Public Contribution.
Tira menjelaskan, Portfolio berarti pengembangan bisnis perusahaan yang tidak hanya didasarkan pada usaha mencari profit semata, tetapi juga memperhatikan aspek kemanusiaan. "Karena tujuan utama Astra adalah kami ingin sejahtera bersama bangsa," ujarnya.
Ia kemudian bercerita kisah jatuh bangun Astra yang bertahan saat krisis ekonomi 1998 terjadi. Saat itu, menurutnya, utang Astra mencapai 1,2 miliar dolar AS. Lalu apa yang dilakukan manajemen saat itu?
Tira menjawab, saat masa sulit itu manajemen berkomitmen untuk melunasi semua utang-utang tersebut. Meskipun di saat krisis banyak perusahaan yang melakukan pembenaran atas sikap melepas tanggung jawab terhadap utang. "Tapi kita tidak mau mengemplang, itu bukan mentalitas Astra," kata Tira. Oleh karena itu, untuk menjaga integritas perusahaan, Astra menjalin komunikasi yang terbuka dengan investor dan kreditor.
Tira juga bercerita bagaimana Astra dapat melakukan penghematan tanpa mengurangi kualitas di saat bisnis sedang turun. Menurutnya, Astra menyiasati hal itu dengan mengurangi komponen impor dan menggantinya dengan konten lokal yang memiliki kualitas sama baiknya.
Dengan begitu, kualitas produk tak berkurang namun harga tetap terjangkau. "Avanza dan Xenia merupakan contoh produk inovasi kami yang mutunya tinggi tapi harganya tetap affordable."
Selanjutnya, Tira menyampaikan prinsip P kedua yang dipegang teguh Astra, yakni People alias SDM yang dimiliki perusahaan. Astra, kata dia, selalu memastikan karyawannya memiliki ruang untuk berkembang dan berinovasi.
Adapun P yang terakhir yakni Public Contribution alias kontribusi untuk masyarakat luas. Dalam menjalankan bisnisnya, Tira menyebut Astra selalu memerhatikan aspek sosial dan lingkungan. Ada empat aspek yang menjadi fokus Astra dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), yakni pendidikan, kesehatan, UMKM dan lingkungan.
Lewat Yayasan Dana Bakti Astra, perusahaan memberikan program pemberdayaan pada UMKM yang bergerak di bidang otomotif. Lewat program tersebut, kata Tira, Astra berharap pelaku usaha dapat berdaya sehingga dapat menjadi bagian dari supply chain perusahaan.
Pengamat korporasi Fauzi Ichsan menambahkan, ada sejumlah faktor yang membuat sebuah perusahaan dapat eksis hingga lebih dari lima dekade seperti Astra. Dua faktor penting yang harus dimiliki tersebut yakni kualitas dan reputasi produk serta komitmennya terhadap pelanggan dan karyawan.