Kamis 06 Apr 2017 15:29 WIB

Nilai Proyek Bendungan Indonesia dan Cina Capai Triliunan Rupiah

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Bendungan (ILustrasi)
Foto: Google
Bendungan (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengajukan empat bendungan untuk dikerjasamakan dengan Kementerian Sumber Daya Alam Cina. Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kemenpupera Imam Santoso mengatakan, empat bendungan tersebut bernilai sekitar Rp 4,5 triliun.

"Itu diplih karena melihat hidropowernya besar, manfaatnya multiguna dan mereka itu tidak mau yang di Jawa," ujarnya usai melakukan pertemuan dengan rombongan Menteri SDA Cina Chen Lei di gedung Kemenpupera, Jakarta, Kamis (6/4).

Empat bendungan tersebut seluruhnya berada di luar pulau Jawa yakni Bendungan Pelosika di Kabupaten Konaweha, Sulawesi Tenggara, Bendungan Riam Kiwa (Kalimantan Selatan), Bendungan Lompatan Harimau (Riau), dan Bendungan Jenelata (Sulawesi Selatan).

Ketertarikan Cina terhadap bendungan di luar Jawa dimungkinkan karena persyaratan yang lebih mudah atau dampak besar yang dapat dirasakan masyarakat. "Ada sesuatu yang lain," katanya.

Bendungan Lompatan Harimau atau yang memiliki nama lain Rokan Hulu memiliki potensi hidropower sebesar 74,40 mega watt. Sedangkan Bendungan Jenelata berpotensi untuk irigasi seluas 24.400 hektare lahan pertanian.

Saat ini kedua pihak tengah membicarakan besaran pinjaman. Pembicaraan juga telah dilakukan dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan. "Kalau Cina biasanya 100 persen," ujar Imam saat ditanya berapa cakupan pinjaman asal Cina.

Ia berharap pembangunan dapat dimulai pada 2018. Meski berpotensi besar sebagai sumber tenaga hidro, namun pembangunan kerja sama dengan Cina ini hanya berupa bendungan. "Nanti berkembang kalau investasinya mau," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement