Rabu 05 Apr 2017 14:45 WIB

Wakil Dubes AS Jelaskan Pernyataan Trump Soal Indonesia Curang

Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat untuk Indonesia Brian McFeeters mengungkapkan bahwa perintah Presiden Donald Trump untuk menyelidiki penyebab defisit neraca perdagangan dengan belasan negara mitra, termasuk Indonesia, dimaksudkan untuk membuka hambatan perdagangan produk-produk AS. Sebelumnya, saat menerbitkan perintah tersebut Trump menyebut sejumlah negara termasuk Indonesia telah berbuat curang dalam perdagangan sehingga membuat defisit AS.

Menurut McFeeters, langkah yang ditempuh Trump dengan mengeluarkan perintah eksekutif tersebut merupakan bagian kebijakan ekonomi Pemerintah AS yang ingin memaksimalkan potensi perdagangan dan mengurangi hambatan-hambatan yang mempersulit ekspor produk AS ke luar negeri. "Perintah tersebut sebenarnya fokus kepada hambatan-hambatan yang mempersulit masuknya produk AS ke beberapa pasar, dan bagaimana kami harus mencari solusi untuk itu," ujarnya saat mengunjungi pameran Food and Hotel Indonesia di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/4).

Brian juga memastikan bahwa kebijakan Trump tersebut tidak akan membawa dampak negatif bagi perdagangan kedua negara, dan tidak akan ada hukuman yang diberikan kepada Indonesia setelah proses penyelidikan selesai dilakukan. Ia pun menjelaskan bahwa defisit perdagangan AS terhadap Indonesia yang mencapai 13 miliar dolar AS pada 2016, bukan hanya disebabkan ketatnya regulasi Indonesia terhadap barang-barang impor, tetapi dapat terjadi secara alami. "Ada banyak hal yang menyebabkan defisit perdagangan. Regulasi adalah salah satu faktor yang ingin kami kaji, tetapi pada dasarnya defisit dapat terjadi secara alami karena suatu negara membutuhkan barang-barang yang dapat disuplai negara lain," kata Brian McFeeters.

Pada Senin (3/4), Kementerian Dalam Negeri AS mengeluarkan daftar 16 ekonomi yang dirasa memiliki hubungan perdagangan tidak seimbang dengan Negeri Paman Sam. Dalam daftar tersebut, perdagangan AS defisit paling besar terhadap Cina sebesar 347 miliar dolar AS diikuti berturut-turut Jepang, Jerman, Meksiko, Irlandia, Vietnam, Italia, Korea Selatan, Malaysia, India, Thailand, Prancis, Swiss, dan Taiwan. Indonesia pun berada pada urutan 15 diikuti Kanada dengan surplus perdagangan sebesar 11 miliar dolar AS.

Menanggapi kebijakan tersebut, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita melakukan inventarisasi komoditas ekspor Indonesia ke AS yang dinilai mengakibatkan nilai perdagangan AS menjadi defisit, namun di sisi lain Indonesia mengalami surplus. "Itu kan baru statement. Kita ikuti apa langkah berikutnya. Kami sedang menginventarisasi komoditas yang diekspor ke Amerika. Apa saja yang berpotensi, kami buat daftarnya," kata Menteri Enggar di kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Selasa (4/4).

Mendag pun telah meminta perwakilan Kementerian Perdagangan yang ada di Washington DC untuk memantau dan mengikuti perkembangan atas pernyataan Presiden Trump yang menilai Indonesia sebagai salah satu negara yang curang dalam hubungan perdagangan.

Baca juga: BI Jelaskan Indonesia tak Masuk Kategori Negara Curang Tudingan Trump

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement