Rabu 05 Apr 2017 07:54 WIB

Asia Pasifik Dominasi Penggunaan Surat Kredit Terbanyak di Dunia

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah survei yang dilakukan oleh International Chamber of Commerce (ICC) bekerja sama dengan Society for Worldwide Interbank Financial Telecomunication (SWIFT) menunjukkan penggunaan metode pembayaran dengan letter of credit alias surat kredit di seluruh dunia didominasi oleh kawasan Asia Pasifik pada tahun fiskal 2015. Sebanyak 72 persen surat utang digunakan untuk perdagangan impor dan 76 persen untuk ekspor.

Presiden ICC Indonesia Ilham Akbar Habibie mengatakan, penggunaan surat kredit di Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 4,239 persen pada 2015. Letter of credit sendiri merupakan salah satu metode pembayaran barang dan jasa dalam perdagangan internasional. Ia mengacu kepada Ketentuan ICC yang disusun sejak tahun 1919 dan telah mengalami revisi secara berkala untuk melancarkan arus transaksi perdagangan international.

Pada tahun ini, ICC akan menggelar konferensi tahunan yang dikenal dengan nama ICC Banking Commission Annual Meeting dengan Indonesia sebagai tuan rumahnya. Konferensi internasional untuk para pelaku perdagangan dari seluruh dunia tersebut akan berlangsung mulai tanggal 3-7 april 2017 di Hotel Shangri La Jakarta.

"Pertemuan tahunan ini aka  menjadi barometer bagi para pelaku trade finance di dunia," kata Ilham, lewat keterangan pers tertulis pada Republika.co.id, Rabu (5/4).

Selama gelaran ICC Banking Commission Annual Meeting, para pelaku perdagangan internasional akan membahas peluang dan tantangan dalam bisnis karena perubahan yang terus terjadi, baik karena adanya inovasi maupun karena adanya ketidakpastian baru. Menurut Ilham, isu mengenai digitalisasi pembiayaan perdagangan juga menjadi salah satu fokus yang akan dibahas dalam pertemuan. Sebab, ia berpotensi dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan dalam proses pembayaran serta memberikan kesempatan bank dapat melayani lebih banyak sektor UKM sebagai stimulasi perdagangan.

Ketua Banking Commission ICC Indonesia Herry Hykmanto menambahkan, saat ini baru terdapat 270 orang Indonesia sebagai pemegang sertifikasi internasional di bidang trade & guarantee yang tersebar di berbagai Bank Devisa. Jumlah ini, menurutnya, masih sangat kurang bila dibandingkan dengan China dan India yang memiliki lebih dari 7000 orang pemegang sertifikasi yang dikeluarkan oleh The Institute of Banking & Finance, UK bekerja sama dengan ICC Academy tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement