REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Permata Tbk atau PermataBank, para pemegang saham menyepakati pelaksanaan peningkatan modal ditempatkan dan disetor melalui Penawaran Umum Terbatas dengan right issue. Proses right issue direncanakan akan selesai pada Juni 2017 dengan target jumlah dana yang diperoleh senilai Rp 3 triliun.
Direktur Utama PermataBank, Ridha Wirakusumah menjelaskan, aksi korporasi ini dilakukan dalam rangka memperkuat struktur dan ketahanan permodalan bank. Menurut Ridha, harga per lembar saham masih belum ditentukan. Namun sejauh ini harga saham perusahaan sudah mulai meningkat.
"Harganya masih belum tahu. Sebulan sebelum itu ditentukan average market seperti biasa. Tapi dari Januari udah naik banyak harga sahamnya," ujar Ridha setelah RUPSLB di Kantor Pusat PermataBank, Rabu (29/3).
Pelaksanaan right issue di semester pertama tahun ini kembali menunjukkan dukungan kuat dari dua pemegang saham utama PermataBank yakni PT Astra International Tbk dan Standard Chartered Bank, menyusul kesuksesan right issue senilai Rp 5,5 triliun pada 2016 lalu.
Agenda lain yang disetujui oleh pemegang saham di dalam RUPSLB adalah peningkatan modal dasar bank. Menurut Ridha, dengan adanya peningkatan modal dasar bank ini diperkirakan Capital Adequation Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal dapat mencapai 17 persen di tahun ini.
Sebelumnya, tahun lalu bank berkode emiten BNLI ini memiliki rasio CAR sebesar 15,64 persen atau naik 64 bps dibandingkan akhir 2015 sebesar 15 persen. "Kalau kami tumbuh sesuai rencana, CAR bisa 16 persen menuju 17 persen,"kata Ridha.
Ridha mengaku optimistis pada tahun ini perusahaan akan membukukan laba setelah mengalami kerugian sejak 2016 lalu. Tercatat selama dua bulan terakhir, pihaknya telah berhasil meraup laba mencapai Rp 214 miliar. Perolehan tersebut dinilai sudah hampir mendekati laba sepanjang tahun 2015 yang mencapai Rp 247,1 miliar. "Maret ini (laba) akan lebih baik kayanya daripada Januari-Februari,"ujar Ridha.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perseroan, kinerja PermataBank tahun 2016 tertekan akibat tingginya rasio kredit bermasalah. Per akhir 2016, PermataBank membukukan rugi bersih sebesar Rp 6,48 triliun.
Selain itu pada tahun ini pihaknya juga akan terus menekan laju kredit macet atau non performing loan (NPL) melalui restrukturisasi. Ditargetkan NPL gross di bawah 5 persen pada tahun ini, sedangkan pada awal tahun ini NPL gross telah berada di posisi 6 persen dari yang sebelumnya cukup tinggi mencapai 8,83 persen per akhir tahun lalu.
Jumlah tersebut naik signfikan dibandingkan periode akhir 2015 di level 2,74 persen. Sementara untuk NPL nett, PermataBank mematok target di bawah 2 persen pada tahun ini.