REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Perajin kacang mete di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam dua tahun terakhir kesulitan mendapatkan bahan baku biji mete. Penyebabnya, karena tingginya curah hujan sehingga buah yang dihasilkan dari perkebunan berkurang.
Salah seorang perajin kacang mete di Dusun Bulu, Desa Karangmojo Sumilah di Gunung Kidul, Senin (20/3) mengatakan selama dua tahun terakhir perkebunan jambu mete di wilayah Karangmojo tidak berbuah maksimal. Hanya beberapa pohon yang menghasilkan buah. "Kemungkinan karena curah hujan tinggi atau kemarau basah, sehingga buah tidak dapat maksimal," kata Sumilah.
Ia mengatakan dengan kondisi ini, dia harus mencari ke dusun yang ada di Karangmojo. Wilayah ini tidak menghasilkan jumlah yang maksimal. "Saat ini buah mete yang ada dari tahun lalu," katanya.
Selain buah lokal, dia mendatangkan buah mete dari Wonogiri. Hal ini untuk mencukupi permintaan konsumen. Saat ini perkilogram kacang mete matang kualitas bagus dijual Rp 150 ribu per kilogram. Sedangkan yang mentah Rp 140 ribu per kilogram.
"Produksi jauh menurun, dua tahun lalu saya memperkejakan enam orang, sekarang hanya dua orang, itupun kalau ada pesanan," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Karangmojo Budi Haryanto mengatakan pihaknya akan mewadahi masyarakat yang selama ini memproduksi mete dan juga kelompok lainnya dalam koperasi. Dengan harapan akan mudah mendapatkan bantuan. "Selama ini pengusaha kecil masih terbatas industri rumahan, belum terkoordinir dengan baik. Ke depan akan ada koperasi yang mewadahi mereka," katanya.