Rabu 15 Mar 2017 00:07 WIB

Mentan Amran Sulaiman Dianugerahi Gelar Adat Suku Belu

Mentan Amran Sulaiman mendapat gelar adat dan diangkat menjadi sesepuh masyarakat Belu dan Malaka, NTT.
Foto: Republika/Bayu Hermawan
Mentan Amran Sulaiman mendapat gelar adat dan diangkat menjadi sesepuh masyarakat Belu dan Malaka, NTT.

REPUBLIKA.CO.ID, BELU -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman dianugerahi gelar kehormatan saat berkunjung ke Desa Kenebibi, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pria asal Bone, Sulawesi Selatan itu dinobatkan sebagai Ama Nai yang berarti pemimpin atau Bapa Raja dalam bahasa NTT.

Penganugerahan gelar Ama Nai diberikan belasan sesepuh masyarakat Belu, dengan ditandai pemakaian rantai simbol raja, ikat kepala dari kain tenun khas NTT, pemakaian untaian bulu ayam di kepala serta pemberian pedang.

"Ini amanah kami warga untuk Ama Nai baru Bapak Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Baru kali ini kami mendapat kunjungan dari menteri. Ini gelar kehormatan khusus sehingga Bapak Menteri juga menjadi bagian dari kami," ujar salah satu sesepuh sambil memakaikan kalung.

Mendapat gelar kehormatan itu, Amran mengaku bangga. Ia pun berjanji untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Belu. Cara yang akan ditempuhnya adalah meminta masyarakat untuk bercocok tanam dan tidak membiarkan ada sejengkal lahan pun yang 'ngagur' tanpa ditanami tanaman bahan makanan pokok dan bernilai ekspor.

"Ini gelar yang tidak sembarangan. Kalau dipercaya mendapatkan gelar Ama Nai berarti harus ada perubahan, kalau tidak ada perubahan (terhadap kesejahteraan masyarakt) maka gelar diletakan kembali," ujarnya, Selasa (14/3).

Amran pun menegaskan programnya untuk menggerakan wilayah Belu dan Malaka sebagai lumbung jagung di NTT. Nantinya hasil ladang jagung tersebut bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan warga Belu dan Malaka, namun juga diekspor yang bisa mendatangkan kesejahteraan bagi warga di dua wilayah itu.

"Gak boleh ada sejengkan lahan tidur, tanami. Saya minta 25 ribu hektar (lahan jagung). Kalau mau berubah maka kita harus kerja, kerja dan kerja. Ini amanat Ama Nai. Saya tidak mau cuma datang gunting pita dan diskusi. Kabupaten Belu harus 25 ribu hektar (ladang jagung), Kabupaten Malaka harus 50 ribu hektar, kalau meleset, anggaran saya tutup semua," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement