REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai perlu melakukan diversivikasi bahan bakar. Direktur Pemasaran PGN, Danny Praditya menjelaskan alasan diversifikasi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) di tanah air. Tokoh yang juga menjabat sebagai Presiden ANGVA (Asia Pacific Natural Gas Vehicle Association) ini mengatakan Indonesia masuk dalam 15 besar negara dengan konsumen minyak terbanyak di dunia.
Ia menerangkan dari keseluruhan pelanggan BBM tersebut, sebanyak 80 persennya dari sektor transportasi. "Oleh karena itu, gas menjadi pilihan buat kebutuhan energi Indonesia di masa depan," ujar Danny di hotel Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (14/3).
Ia mengatakan sejak 2012 hingga sekarang pemanfaatan BBG di sektor tranportasi terus berjalan. Ia merinci beberapa kendaraan, di antaranya taksim bajaj, dan tranjakarta sudah agresif beralih ke BBG.
"Diharapkan mobil probadi bisa mengikuti jejak untuk konversi dari BBM ke BBG," kata Danny.
Ia menjelaskan dari evaluasi ANGVA, ada beberapa parameter suksesnya konversi BBM ke BBG. Pertama adanya dukungan pemerintah. "Dengan strong leadership dari pak Menteri (ESDM/Ignasius Jonan) ini bisa dilakukan dengan efektif," ujar Danny.
Ia melanjutkan dari sisi benefit, bukan cuma pemerintah yang diuntungkan. Menurut Danny, konsumen turut merasakan juga berdampak bagi lingkungan. Ia berharap kemitraan strategis dari swasta dilakukan secara masif guna mendukung target ini. "Pricing, kemudian infrastruktur, kepastian suplay gas, keamanan, teknologi and know how, awareness dan edukasi terutama dengan stakeholder yang baru menggunakan gas. Terakhir emission yang kita harus edukasi ke publik bahwa gas itu aman, ramah lingkungan dan efisien," kata Danny.