REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat 17 poin di level Rp 13.359 per dolar AS, Senin (13/3). Namun, rupiah diperkirakan kembali tertekan tajam oleh terus anjloknya harga minyak mentah.
Berdasarkan data Bloomberg, pada akhir pekan lalu rupiah ditutup di level Rp 13.376 per dolar AS. Adapun rentang gerak rupiah hari ini di kisaran Rp 13.352 - 13.372 per dolar AS.
Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, dollar index justru melemah setelah pertambahan tenaga kerja non-pertanian AS diumumkan di atas 200 ribu. Tetapi pelemahan dollar index lebih mencerminkan penguatan tajam euro, merespon sentimen hawkish ECB yang mulai puas terhadap prospek perekonomian Zona Euro.
"Atau dengan kata lain, peluang kenaikan FFR target pada FOMC meeting minggu ini, tetap tinggi bahkan sudah hampir pasti," ujar Rangga, Senin (13/3).
Penguatan dolar AS yang mulai tertahan di Asia pada perdagangan Jumat (10/3), kata Rangga, diperkirakan mulai kembali menjelang FOMC meeting.
"Rupiah yang saat ini akan mulai tertekan koreksi tajam harga minyak mentah, diperkirakan bisa terkoreksi lagi apalagi jika tidak ada tambahan pasokan dollar dari BI,"kata Rangga.
Imbal hasil SUN yang sempat konsisten turun, saat ini mulai naik mengikuti arah imbal hasil obligasi global. Menurut Rangga, ruang pelemahan rupiah terbuka dalam jangka pendek tetapi bisa terhalangi data neraca perdagangan yang baik minggu ini.