REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Keyakinan Konsumen Global pada kuartal terakhir 2016 meningkat tiga poin menjadi 101 dibandingkan pada kuartal pertama tahun lalu. Sedangkan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia turun menjadi 120 pada kuartal keempat tahun lalu, sebelumnya di kuartal ketiga mencapai 122.
Angka tersebut merupakan hasil temuan Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intention yang dirilis baru-baru ini. Nielsen menyatakan, meski turun dua poin, Indonesia masih berada di lima teratas sebagai negara teroptimis di dunia setelah India (136), Filipina (132), serta Amerika Serikat (123).
Turunnya Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia dipengaruhi oleh dua indikator yang mengalami penurunan. Pertama, optimisme mengenai kondisi keuangan pribadi dalam 12 bulan mendatang dengan skor 81, turun tiga poin dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Lalu kedua, keinginan berbelanja dalam 12 bulan mendatang dengan skor 59, turun satu poin dari kuartal sebelumnya.
Pada kuartal terakhir tahun lalu, indeks persepsi konsumen Indonesia mengenai resesi ekonomi juga memburuk. Konsumen Indonesia berpendapat, saat ini negara sedang berada dalam keadaan resesi ekonomi meningkat menjadi 54 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 47 persen.
Hanya saja persepsi itu berpengaruh pada cara konsumen membelanjakan dana cadangan mereka. Jadi konsumen yang menggunakan dana cadangannya untuk menabung.
Pada kuartal keempat, jumlah ini menurun menjadi 71 persen. Padahal konsumen menggunakan dana cadangan untuk berinvestasi di pasar saham atau reksa dana sedikit meningkat menjadi 30 persen pada kuartal keempat tahun lalu. Sebelumnya pada kuartal ketiga hanya 28 persen.
Mengenai penghematan biaya rumah tangga, pada kuartal ini konsumen online Indonesia yang memilih untuk mengurangi belanja baju baru meningkat menjadi 49 persen dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 47 persen. Hal itu disusul oleh konsumen yang memilih mengurangi hiburan di luar rumah yaitu sebanyak 46 persen.
Kemudian yang menunda mengganti teknologi baru 43 persen, selanjutnya mengurangi biaya liburan 40 persen, dan mengurangi membeli makanan siap antar sebanyak 35 persen.
Khusus pada kuartal keempat tahun lalu, kekhawatiran konsumen Indonesia terhadap kondisi ekonomi turun menjadi 26 persen dibandingkan kuartal sebelumnya 31 persen. Justru untuk pertama kalinya toleransi antar agama muncul pada uruta lima teratas untuk hal-hal yang menjadi kekhawatiran utama konsumen.
Sebanyak 25 persen konsumen mengaku, mereka khawatir dengan kondisi toleransi antara agama pada kuartal keempat 2016. Kekhwatiran mereka sama banyaknya dengan konsumen yang menyatakan khawatir pada kondisi stabilitas politik, meningkat dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu yang hanya 13 persen.
"Jelang pilkada, adanya kasus penistaan agama yang dituduhkan kepada Gubernur DKI Ahok. Kemudian diikuti dengan aksi 411 berdampak cukup signifikan pada keyakinan konsumen Indonesia pada kuartal terakhir tahun lalu," ujar Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin, di Jakarta, melalui siaran pers, Rabu (22/2).
Ia menambahkan, Pilkada DKI belum selesai, maka masyarakat diminta menjaga ketenangan. "Kita bersama-sama harus menjaga kondisi bermasyarakat dengan menyampaikan dan melakukan hal-hal positif dalam menjaga kebangsaan dan meningkatkan rasa aman dan keyakinan masyarakat," tutur Agus.