REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kendati curah hujan sudah mulai berkurang, tetapi pasokan cabai di Bali masih seret, sehingga harganya masih tetap tinggi. Pada Selasa (21/2), di tingkat pengecer harga cabai mencapai Rp 150 ribu per kilogram.
"Harganya masih pedas Pak. Padahal rasa cabainya sudah tidak pedas, tapi harganya yang pedas," kata Darmadi, pedagang bakso di Bali, Selasa.
Selama ini hujan menjadi alasan penyebab rusaknya panen cabai, sehingga pasokan menjadi langka. Akibat permintaan yang lebih besar dari pasokan, harga cabai di Bali masih tetap tinggi.
Menurut Darmadi, sudah hampir sebulan ini harga cabai terus meroket. Di pasar, harga cabai memang sempat mencapai Rp 120 ribu per kilogram, tetapi naik lagi sampai Rp 140 ribu per kg. "Iya mau tidak mau harus dibeli juga. Kalau tidak dibeli bagaimana, karena konsumen baksonya selalu meminta sambal," kata Darmadi.
Kabid Metrologi dan Tertib Niaga Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, Jarot Agung Iswahyudi menyebutkan, harga cabai rawit masih tetap tinggi. Dia mengakui sempat terjadi penurunan harga, tetapi tidak signifikan. "Harganya masih tetap tinggi, masih di atas Rp 125 ribu sekilo. Karena pasokannya memang masih sedikit," kata Jarot.
Selama ini, Bali memperoleh pasokan cabai dari petani lokal Bali, seperti Kintamani. Selain itu cabai di Bali berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur.