Selasa 21 Feb 2017 01:34 WIB

PT PJB Kembangkan Energi Baru Terbarukan

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Panel pengumpul tenaga surya
Foto: AP
Panel pengumpul tenaga surya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) berupaya mendorong realisasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk memproduksi listrik di dalam negeri. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menargetkan kontribusi EBT mencapai 23 persen pada 2025 dan menjadi 31 persen pada 2050.

Direktur Operasional II PT PJB, Miftahul Jannah, mengatakan, pengembangan EBT yang paling besar di PJB berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA). PT PJB telah membangun PLTA di Cirata, Jawa Barat, dengan total kapasitas 1.300 megawatt (MW).

“PLTA di Sumatra ada dua tempat yakni di Batang Toru dan Muara Rebo, yang di Batang Toru itu kapasitasnya 450 MW,” jelasnya kepada wartawan di sela-sela seminar bertajuk Tinjauan Potensi dan Pengambangan Energi Baru Terbarukan Dalam Perspektif Teknologi Pembangkitan, di Surabaya, Senin (20/2).

Di samping itu, PJB juga tengah mengembangkan EBT berbasis biomasa bekerja sama dengan sejumlah mitra. PJB juga telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Cirata dengan kapasitas 1 MW. “Saat ini kami sedang berkoordinasi dengan PLN-PLN di unit-unit terutama daerah terluar untuk potensi pengembangan lebih lanjut. Pada Prinsipnya PJB adalah unit operasional sehingga memililh lokasi untuk PLTS yang tepat,” imbuhnya.  

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan, pemanfaatan EBT harus digenjot untuk meminimalisasi ketergantungan terhadap energi fosil. Secara nasional, pada 2014 penggunaan energi fosil di Indonesia mencapai 95 persen. Dengan rincian, minyak bumi sebesar 45 persen, gas 23 persen dan batubara 26 persen. Sementara kontribusi penggunaan EBT masih sebesar 5 persen dan hanya mengalami kenaikan 0,36 persen per tahun.

“Potensi EBT Indonesia sebenarnya sangat besar, ini bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik untuk mengaliri daerah-daerah yang belum teraliri listrik. Ada sekitar 2.519 desa dan 136 kecamatan dengan total 8,5 juta Rumah Tangga yang belum teraliri listrik di seluruh Indonesia,” jelas Tumiran.

Tumiran menyebutkan potensi EBT berbasis mikrohidro dan minihidro mencapai 19.385 MW, panas bumi mencapai 29.544 MW, tenaga surya mencapai 207.898 MW, angin 60.647 MW, energi laut 287.822 MW dan bio energi mencapai 32.653 MW.

Beberapa negara maju telah mengembangkan EBT seperti Cina, Jepang, Belgia dan Jerman. Cina telah berhasil memanfaatkan EBT dari (panas bumi) geotermal mencapai 990 MW. Selain itu, Cina juga berhasil mengembangkan pembangkit dari air, nuklir, angin dan matahari.

“Sebagai pelaku sektor kelistrikan, PJB sudah konsen membantu pemerintah. Implementasi EBT bisa dipercepat melalui keterlibatan PJB sebagai pelaku,” ujar Tumiran.

Tumiran optimistis target kontribusi EBT sebesar 23 persen pada 2025 akan tercapai melalui keterlibatan semua sektor. Terlebih, Kementerian Pertanian telah menyiapkan lahan untuk pembangunan biofuel, sementara  Kementerian Kehutanan telah memberikan kemudahan izin bagi pengembangan energi panas bumi.

“Presiden sudah mengeluarkan Keppres untuk mendorong tujuh kota di antaranya Jakarta, Surabaya, Solo dan Makassar agar segera memanfaatkan sampah menjadi energi. Harapannya, kalau tujuh kota ini sukses, kota lain akan didorong untuk mengikuti," harap Tumiran.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement