Jumat 17 Feb 2017 08:03 WIB

BI: Pertumbuhan Ekonomi akan Membaik Tahun Ini

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan berada di tengah kisaran target yang sebesar 5,00-5,40 persen atau lebih besar dari tahun 2016 yang sebesar 5,02 persen.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diperkirakan membaik dikarenakan indikator ekonomi yang membaik.Tercatat neraca pembayaran Indonesia 2016 surplus sebesar 12,1 miliar dolar AS, membaik secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat defisit 1,1 miliar dolar AS. 

Defisit transaksi berjalan kuartal IV 2016 sebesar 1,8 miliar dolar AS atau 0,8 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian cadangan devisa Januari 2017 naik 116,9 miliar dolar AS. 

"Untuk pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada di tengah kisaran target 5,00 -5,20 persen," ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Kamis (16/2).

Secara umum, apabila indikator ekonomi domestik kuat dan komitmen pemerintah, kata Agus, BI terus akan melakukan reformasi struktural, dan dalam kondisi siap apabila The Fed akan dinaikkan di AS. 

Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Juda Agung menambahkan, berdasarkan kajian ekonomi regional, terlihat dampak perbaikan ekspor dari provinsi-provinsi daerah penghasil komoditas.

Sumatra dan Indonesia Timur membaik di kuartal IV, akibat dari harga komoditas yang membaik. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Jawa sedikit melemah karena dampak dari pemotongan anggaran pemerintah. 

"Perbaikan ekonomi di kuartal IV berlanjut di kuartal I," ujar Juda.

Menurut Juda, membaiknya hampir semua harga komoditas seperti CPO, batubara, tembaga, timah dan nikel akan meningkatkan ekspor. Terutama permintaan akan batu bara yang cukup persisten dari Cina. 

Permintaan ekspor yang masih tinggi dari Cina ini akan mendorong kuatnya konsumsi rumah tangga. Hal ini akan berkorelasi positif dengan investasi. 

"Risiko fiskal juga lebih rendah tahun ini. Sehingga implikasinya ekonomi dan dorongan fiskal akan lebih baik," kata Juda.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement