REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa (14/2) pagi bergerak menguat sebesar 15 poin menjadi Rp 13.295, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.310 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, mengatakan masih adanya sejumlah sentimen positif mulai dari peringkat prospek utang Indonesia yang positif oleh Moody's hingga penilaian dari lembaga dana moneter Indonesia (IMF) yang memandang ekonomi Indonesia stabil menjadi salah satu faktor yang menjaga mata uang rupiah. "Sentimen negatif yang muncul dari eksternal dapat diimbangi oleh sentimen dari dalam negeri sehingga mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS," katanya.
Ia menambahkan bahwa dengan perekonomian Indonesia yang kondusif mata uang rupiah akan bergerak stabil dengan kecenderungan menguat, apalagi kebijakan Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang sedianya akan diumumkan pada pekan ini masih cukup akomodatif bagi ekonomi domestik. Dari eksternal, kata dia, data ekonomi Cina yang lebih baik dari perkiraan seperti inflasi serta surplus neraca perdagangannya juga akan memberi dampak positif bagi mata uang di negara berkembang.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa dalam RDG itu diproyeksikan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate) di level 4,75 persen. "BI 7-Day Repo Rate diperkirakan tetap. Optimisme yang tersirat dari hasil RDG BI akan mempertahankan sentimen positif di pasar keuangan," katanya.