REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah menyatakan, rasio gini secara marjinal berhasil diturunkan berkat program-program yang telah dijalankan selama ini. Rasio gini turun dari 0,402 pada September 2015 menjadi 0,39 pada September 2016. Hal itu berarti ketimpangan masyarakat pun semakin rendah.
Tak setuju dengan pernyataan tersebut, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan, penurunan atau peningkatan rasio gini biasanya sejalan dengan pertumbuhan PDB. Maka jika dalam satu sampai dua tahun terakhir menurun, belum tentu disebabkan oleh hasil pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir juga mengalami perlambatan.
"Rasio gini seolah turun tapi marginal tetap 0,4 persen. Kalau kita bedah berdasarkan pendapatan masyarakat, bukan orang miskin yang pendapatannya meningkat, tapi orang kaya yang justru menahan belanja," ujar Direktur Penelitian CORE Indonesia Mohammad Faisal, saat mengunjungi kantor Republika, Jumat, (10/2).
Menurutnya, penahanan belanja tersebut bukanlah kabar baik. Pasalnya, bisa jadi karena faktor tekanan ekonomi, sehingga bisnis pun stagnan.
Ia menegaskan, bila pemerintah mengklaim penurunan rasio gini karena keberhasilan program maka itu diragukan. "Kecuali kalau nanti 2017, 2018, dan seterusnya pertumbuhan ekonomi naik, lalu seiring dengan rasio gininya turun. Itu baru luar biasa," jelas Faisal.
Faisal menuturkan, permasalahan ketimpangan tidak bisa selesai dalam setahun atau dua tahun. Tidak seperti proyek lainnya. "Kalau mau serius, pemerintah harus dari awal memprioritaskan ketimpangan. Struktur ekonominya harus diubah," tegasnya. Ia mencontohkan, dari sisi lapangan kerja harus diubah. Hal itu karena ketimpangan juga terjadi dari sisi pendapatan dan biaya hidup.
Dirinya mengapresiasi langkah pemerintah, dalam menjalankan program dana desa, karena langsung sampai ke masyarakat bawah yang berada di desa. Hanya saja jangan seperti program Bantuan Langsung Tunai (BLT).
"Ini bukan charity. Harusnya nggak menggampangkan. Cara pandang harus diubah," tegas Faisal.
Rasio gini merupakan alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Rasio gini digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan. Bila angka rasio gini mendekati 0 maka itu berarti semakin tinggi tingkat pemerataan, sebaliknya bila mendekati angka satu menandakan tingkat ketimpangan sempurna.