REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia Syariah atau BNI Syariah menargetkan pertumbuhan tabungan haji sebesar 20-25 persen, seiring dengan penambahan kuota haji tahun ini. Direktur Utama BNI Syariah, Imam Teguh Saptono mengatakan, dengan bertambahnya kuota haji maka tentunya akan banyak dana pihak ketiga (DPK) haji yang keluar.
"Tahun berjalan lalu yang keluar Rp 800 miliar, tahun ini diperkirakan sekitar Rp 1 triliun. Ini kurang lebih sama atau sedikit lebih tinggi dari penambahan setoran dana haji yang baru," tutur Imam pada Republika, Kamis (9/2).
Imam menuturkan, dengan penambahan kuota diperkirakan tabungan haji meningkat sebesar 20-25 persen, dengan tambahan tabungan baru sekitar Rp 300 miliar. Sedangkan setoran awal haji sebesar Rp 800 miliar.
Dengan demikian, meskipun ada pelunasan tahun berjalan, namun DPK dari tabungan haji ini tetap akan terus meningkat. Kendati begitu, menurut Imam, pihaknya tengah mengupayakan untuk mengurangi ketergantungan penghimpunan DPK haji. Hal ini dikarenakan pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang nantinya dapat mengelola dana haji di instrumen investasi seperti sukuk.
Imam mengaku masih optimistis karena ketentuan mengenai pengelolaan uang haji masih di perbankan syariah. Sebab, apabila ada proyek investasi, namun pengelolaan rekeningnya tetap di bank syariah.
Meski demikian, dalam konteks mikronya, untuk satu hingga tiga bulan akan terjadi perpindahan dana haji karena untuk mengejar titik optimalisasi return dari dana tersebut. Untuk itu sebagai antisipasi, perseroan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap DPK yang berasal dari haji.
"Jumlahnya ditingkatkan terus, tetapi komposisinya kita kurangi, ketergantungannya kita kurangi. Misalkan sekarang DPK kita 30 persen dari DPK haji, rencananya ke depan kita ingin kurangi yg 30 persen tadi. Tapi dari sisi nominal tahun ini naik terus,"tutur Imam.