REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk akan terus melakukan ekspansi di sektor kelistrikan nasional. Setelah menggarap proyek pembangkit listrik di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan, kini Adaro tengah membidik proyek pembangkit di wilayah lainnya.
"Kita sih inginnya, ikut berperan di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Misalkan suatu saat nanti kita ikut di Indonesia timur, dengan tenaga surya," kata Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir atau yang biasa dipanggil Boy, di Jakarta, Selasa (7/2) malam.
Di Kalimantan misalnya, Boy melihat peluang bisnis listrik terbuka lebar. Apalagi pasokan batu bara disana menurutnya cukup. "Kalimantan ada demand-nya. Pertama kali saya take over itu tahun 2005 ironis gitu loh. Provinsi yang kaya tambang, tapi listriknya nggak ada," tuturnya.
Lihat juga: Jadwal COD Pembangkit Terlambat, IPP Bakal Dikenai Denda Lebih Besar
Adaro pertama kali membuat pembangkit listrik berdaya 2X30 megawatt (MW) untuk kebutuhan sendiri. Sekarang perusahaan yang juga bergerak di sektor pertambangan ini juga menjual sekitar 30 MW produksi listriknya ke PT PLN (Persero).
Adaro, kata Boy, siap memaksimalkan aset tambang yang ada."Kita kan ada di Sumatra Selatan juga nih, nah kita mau optimalkan, misalkan tadi ada PLTU mulut tambang, ataupun ada kebutuhan," ujar Boy.
PLN, lanjut dia, membutuhkan pasokan batu bara yang besar. Hal ini berarti sejalan dengan bisnis Adaro yang bermain di dua sektor tersebut.
"Satu pembangkit kapasitas 1.000 MW saja butuh 4 sampai 5 juta ton batu bara per tahun. Padahal kan butuh 25 tahun, maka diantara 125 juta samapi 150 juta ton kita musti alokasikan spesifik untuk ini. Itu baru 1.000 MW, kalau 20 ribu MW, maka butuh 2,5 miliar ton kedepan yang kita harus dukung. Nah, ini adaro siap. Karena kita fokus ya," tutur Boy menjelaskan.