Selasa 07 Feb 2017 09:25 WIB

Harga Cabai di Malang Tembus Rp 140 Ribu per Kilogram

Red: Ilham
Pedagang cabai.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang cabai.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Harga cabai di Kota Malang, Jawa Timur, awal pekan ini harganya menembus angka Rp 140 ribu per kilogram atau naik sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu/kilogram dari harga akhir pekan lalu. Pedagang bumbu-bumbuan di Pasar Dinoyo Arsani di Kota Malang mengaku harga cabai sempat turun menjadi Rp 90 ribu/kg.

Namun, hanya bertahan tidak sampai sepekan, kemudian secara perlahan naik lagi. "Sekarang harganya sudah menembus angka Rp 140 ribu/kg. Itu pun masih ada campurannya cabai hijau, bukan kualitas super," kata Arsani.

Menurut dia, hampir setiap hari harga cabai mengalami kenaikan. Harga saat ini (Rp 140 ribu/kg) merupakan harga tertinggi dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun lalu, paling mahal antara Rp 90 ribu dan Rp 100 ribu/kg.

Menanggapi tingginya harga cabai tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Malang, Indri Ardoyo mengaku akan mengumpulkan penyuluh pertanian untuk mencari solusi bagaimana menyikapi kenaikan harga cabai yang sangat tinggi tersebut. Indri mengaku saat ini dirinya masih melakukan pendampingan pada warga untuk budi daya penanaman cabai di pekarangan.

Hanya saja, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat masih belum mengantongi data luasan areal pekarangan warga kawasan kota (urban farming) yang ditanami komoditas cabai. "Kami akan menggiatkan penanaman komoditas ini, apalagi harga cabai fluktuasi, bahkan cenderung tinggi seperti sekarang ini. Jika rumah tangga bisa menanam cabai dan memanennya di saat harga cabai tinggi, tidak akan terlalu mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap komoditas kebutuhan bumbu-bumbuan tersebut," katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Dudi Herawadi memperkirakan harga cabai di Kota Malang berangsur turun pada bulan Maret 2017. Senada dengan Indri, Dudi juga menyarankan konsumen rumah tangga untuk menerapkan sistem urban farming.

"Tanam cabai di lahan pekarangan pakai sistem urban farming agar lebih bermanfaat dan ketika harga melambung, ibu-ibu tidak perlu risau lagi karena cabai," ucapnya.

Sementara itu, di tingkat pedagang kecil (kios) di perkampungan, pedagang sudah mengemas cabai dalam bungkusan dengan harga rata-rata Rp 3.000 yang berisi 8-10 biji cabai campur (warna hijau dan merah). "Kalau dijual dengan takaran timbangan, kasihan pembeli yang lain tidak kebagian. Akan tetapi, kalau sudah dibungkusi begini, paling konsumen hanya membeli dua bungkus dan saya juga bisa mengukur kalau sekilo jadi berapa bungkus sehingga saya tidak rugi," kata Muryati, pedagang pracangan di Kampung Dinoyo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement