Selasa 07 Feb 2017 08:40 WIB

Pasar Saham AS Tertekan Harga Minyak dan Donald Trump

Penanda Wall Street, New York, Amerika Serikat.
Foto: blog.doostang.com
Penanda Wall Street, New York, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga saham di bursa saham New York, Amerika Serikat (AS), terpangkas oleh sentimen turunnya harga minyak dan ketidakmenentuan dalam kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Indeks patokan S&P 500 tertekan setelah sempat merangsek naik pada penutupan Jumat (3/2) pekan lalu.

Harga saham AS terus berfluktuasi sejak keterpilihan Trump sebagai presiden AS November silam, setelah pasar diselimuti ekspektasi positif akan adanya stimulus fiskal dan deregulasi pasar di bawah pemerintahan Trump. "Optimisme ini menyurut karena pasar kini menantikan detail-detail kebijakan ekonomi Trump," kata Ernie Cecilia dari Bryn Mawr Trust, Pennsylvania, seperti dikutip Reuters, Senin (6/2).

"Pasar bergerak baik sekali terangkat faktor stimulus itu. Kini kami memerlukan perincian dalam soal pemangkasan pajak dan regulasi," " kata Cecilia menambahkan.

Indeks patokan Dow Jones Industrial Average terpangkas 34 poin atau 0,17 persen untuk ditutup pada 20.037,46 poin, sedangkan indeks S&P 500 tergerus 7,24 poin atau 0,32 persen pada 2.290,18 poin. Sementara itu, indeks Nasdaq tertekan 11,27 poin atau 0,2 persen pada 5.655,50 poin.

Para ekonom Goldman Sachs menyatakan stimulus fiskal kemungkinan mendorong AS pada 2018, bukan tahun ini, karena risiko ekonomi tidak begitu positif memasuki 2017 ini, sedangkan agenda pro-pertumbuhan Trump akan terganggu dampak negatif pembatasan perdagangan dan imigrasi.

"Ada kekhawatiran menyangkut reaksi buruk dari kebijakan proteksionis yang dikeluarkan Washington di mana negara-negara lain dan investor ingin mendapatkan kepastian," kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement