Senin 06 Feb 2017 18:47 WIB

Kasus Antraks tak Ganggu Pengiriman Ternak

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Lokasi antraks di kulonprogo.
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Lokasi antraks di kulonprogo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Muhammad Syakir menegaskan adanya kasus antraks tidak membuat pemerintah memutuskan melakukan moratorium pengiriman ternak dari wilayah terkena kasus. Sebab, pihaknya dengan segera melakukan pengawasan dan pengecekan kesehetan ternak.

"Jadi yang dikirim itu sehat," ujarnya.

Lagipula, ia menambahkan, kasus Antraks dari konsumsi daging ke manusia terjadi jika makanan tidak dimasak dengan benar. Penyakit Antraks merupakan salah satu dari 25 penyakit yang tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi tapi juga keresahan masyarakat. Berdasarkan  laporan OIE 2016 lalu, tercatat 94 dari 180 negara anggota atau sekitar 52,2 persen telah melaporkan kejadian penyakit Anthrax dalam 5 tahun terakhir.

Di Indonesia saat ini ada 14 provinsi yang merupakan daerah endemik Antraks, di antaranya Jawa tengah, Jogjakarta, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Untuk itu, pihaknya menggandeng Kementerian Kesehatan dalam penyelesain kasus penyakit yang berhubungan dengan pertanian dan kesehatan. Seperti diketahui, pertanian memiliki dampak lingkungan baik langsung maupun tidak langsung.

Ke depannya, sektor pertanian tidak hanya akan mementingkan kesejahteraan petani tetapi juga lingkungan. Karena berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat luas. Bahkan Kementan akan mengirimkan tim khusus ketika ada laporan munculnya gejala Antraks.

"Karena semua yang menyangkut masalah rakyat harus cepat diatasi," lanjut dia usai melakukan penandatanganan kesepakatan dengan Badang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Senin (6/2).

Dalam kesempatan tersebut Kepala Balitbangkes Siswanto mengatakan, untuk solusi pengendalian Antraks yang sempat menghebohkan akhir tahun lalu di Kulonprogo adalah melalui vaksin.

"Dia (ternak; red) sekali divaksin sudah kebal," ujarnya.

Selain Antraks, ia mencontohkan beberapa penyakit dalam kelompok public health emergency, misalnya flu burung yang dikaitkan dnegan unggas, Mers yang dikaitkan dengan unta, juga virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang dikaitkan dengan ternak. Penyakit-penyakit tersebut bisa menyerang manusia dan terkait dengan hewan yang biasa disebut zoonosis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement