REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi investasi yang berasal dari Eropa masih terpusat di Pulau Jawa, paling tidak dalam lima tahun terakhir. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menjelaskan, aliran investasi dari Eropa ke Indonesia sejak 2012 hingga saat ini tercatat sebesar 13,3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 172,9 triliun (kurs Rp 13 ribu per dolar AS). Lima besar negara Eropa asal investasi yang masuk ke Indonesia adalah Belanda, Inggris, Prancis, Luksemburg, dan Jerman.
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong menyebutkan, nilai investasi di Pulau Jawa memang masih memimpin dengan angka 46 persen dari seluruh investasi Eropa di Indonesia. Padahal, Presiden Joko Widodo menargetkan adanya pemerataan pembangunan yang direpresentasikan dengan investasi.
Thomas merinci, sektor yang masih diminati oleh investor asal Eropa adalah otomotif, telekomunikasi, energi dan mineral, penerbangan, dan komponen otomotif. "Ke depan, kami ingin perusahaan Eropa masuk ke Indonesia. Ke luar Jawa lebih bagus," ujar Thomas di Kantor Pusat BKPM, Jakarta, Kamis (2/2).
Menurutnya, investor dari Eropa memiliki karateristik sedikit berbeda dengan investor dari Jepang atau Cina. Seperti diketahui, Cina dan Jepang dikenal cukup dekat dengan Indonesia dan telah melakukan sejumlah investasi terutama di sektor energi dan manufaktur. Thomas menilai, investor asal Eropa lebih memperhatikan kualitas terutama faktor sumber daya manusia. Berbeda dengan investor asal Cina atau Jepang yang lebih pada modat modal, sehingga lebih memperhatikan nilai investasinya. "Eropa memang investasinya lebih ke manufaktur. Misalnya alas kaki, garmen, ritel, dan sektor jasa. Jadi mereka lebih prihatin soal kualitas, misalnya tenaga kerja kita," kata Thomas.
Data BKPM, selama lima tahun terakhir nilai investasi yang masuk dari Eropa disumbang oleh sektor kimia dasar dan farmasi dengan porsi mencapai 20 persen dari keseluruhan investasi. Sektor berikutnya adalah pertambangan dengan besaran 20 persen dan pergudangan serta telekomunikasi dengan porsi 15 persen.
Selain itu, Thomas juga menyinggung berbagai situasi dan setting ekonomi politik global yang diyakini bakal mempengaruhi pasar selama 2017 ini. Menurutnya, beberapa faktor penting yang akan menyumbang pengaruhnya ke dinamika pasar adalah kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke depan, Brexit, dan pemilihan umum yang terjadi di beberapa negara Eropa. Selain itu, Thomas juga menilai kejadian di Asia seperti impeachment di Korea Selatan dan pelemahan ekonomi Cina juga memberikan pengaruhnya. "Pemerintah memilih fokus ke sektor prioritas seperti pariwisata, serta infrastruktur maupun sektor industri terkait dengan maritim," katanya.
Kepala Perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend mengungkapkan itikad dari negara-negara di Eropa untuk membangun kerja sama dagang jangka panjang dengan Indonesia. Meski ia mengakui, 2017 merupakan tahun penuh tantangan terutama dari sisi global. Ia melihat bahwa Indonesia masih memiliki iklim yang nyaman untuk menerima investasi.