Rabu 01 Feb 2017 07:10 WIB

Sertifikasi Halal Bantu UKM Naik Kelas

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Salah satu resto bersertifikat halal
Foto: Republika/Yasin Habibi
Salah satu resto bersertifikat halal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan segala kekurangannya, usaha kecil menengah (UKM) tentu ingin berkembang. Halal membantu UKM naik kelas karena akan ada rangkaian perbaikan untuk bisa menghasilkan produk halal.

Pendiri Halal Corner (HC) Aisha Maharani menjelaskan, HC saat ini memiliki tiga divisi yakni komunitas, media dan berita, serta konsultan. Divisi konsultan ini terbilang tidak mudah karena mengubah pola pikir UKM untuk naik kelas tidak mudah.

''Ada UKM yang maunya gratis terus. Dengan omzet yang ada, harusnya bisa daftar sendiri. //Mindset// seperti ini harus diubah,'' kata Aisha, Selasa (31/1).

Pemahaman halal pada UKM memang jadi pekerjaan rumah bersama. UKM yang sudah punya cabang saja kadang administrasinya belum rapi. Mengubah pola pikir UKM bisa dimulai dengan kerapian administrasi, perizinan, dan produksi, juga aneka izin.

Indonesia tidak mengalami resesi karena ada UKM. Tapi bukan akhirnya memaklumi terus kekurangan UKM bila ingin UKM naik kelas.

Bila UKM mau mencari bantuan sertifikasi halal gratis, sebenarnya banyak. Tapi, HC sendiri akan lebih menyarankan agar UKM membiayai sertifikasi halal sendiri karena dari sana akan ada usaha agregat untuk berubah. Hal itu tentu sering dikeluhkan sulit. Tapi lagi-lagi, yang harus diubah adalah pola pikir.

''Kalau membiayai sendiri, UKM akan berusaha lebih keras dengan membenahi strategi pemasaran, administrasi, perizinan, dan lain-lain. Akan lebih baik kalau sertifikasi halal sendiri. Itu yang disebut UKM naik kelas,'' ungkap Aisha.

UKM tentu diharapkan bisa mandiri. Di luar negeri, UKM memang dibantu tapi juga diberi target sehingga saat pembinaan berhasil UKM jadi maju.

Edukasi dan membangun kesadaran UKM akan halal yang dilakukan HC sementara ini baru melalui kelas daring menggunakan aplikasi ponsel. Di sana HC juga menerawang kekurangan dan kesiapan produk. Selain modal, kelemahan UKM juga pada manajemen.

Edukasi tatap muka rencananya akan dilakukan bersama Kementerian Agama. Baik LPPOM maupun Kemenag, mendukung edukasi UKM. Indonesia banyak yang ahli yang perhatian dengan UKM, HC bisa sinergi untuk itu.

''Dulu HC fokus membangun kesadaran halal konsumen, seiring waktu itu membaik. Sekarang HC menyasar masyarakat produsen,'' kata Aisha.

HC juga Program Sebakul (Sebar Kuas Halal) yang reguler dilakukan. Dalam program ini juga ada edukasi on the road tentang pentingnya alat-alat bebas najis. Dalam kegiatan ini, anggota HC akan turun langsung ke lapangan dan mengedukasi langsung pedagang yang ditemui. Sementara untuk kelompok pengusaha menengah atas, biasanya edukasi dilakukan di majelis taklim.

Selain itu, HC juga sudah mulai membawa produk anggota komunitasnya untuk pameran halal di Tokyo pada 2016 lalu. Bila saat itu produknya produk fesyen, pada 2017 ini HC akan membawa produk pangan halal yang memenuhi kriteria ke pameran di Malaysia untuk melihat kemampuan bersaing produk halal UKM Indonesia.

''Pulang dari sana, pelaku UKM tidak santai. Itu tes pasar. Harus dievaluasi kalau kurang diterima,'' kata Aisha.

Di sisi lain, Aisha juga mengaku gemas karena pemerintah belum solid dan sibuk untuk hal yang kurang penting dan pro kontra halal juga terus bergulir. Sementara negara lain sudah siap bersaing. Padahal, halal itu memberi banyak ilmu dan pengetahuan bagi produsen dan konsumen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement