Selasa 31 Jan 2017 03:12 WIB

Gelombang Tinggi, Produksi Ikan di Tempat Pelelangan Ikan Kosong

Rep: lilis handayani/ Red: Budi Raharjo
Nelayan Indramayu
Foto: Musiron/Republika
Nelayan Indramayu

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Gelombang tinggi yang melanda perairan Indramayu, Jawa barat, membuat nelayan tradisional tak berani melaut. Kondisi itupun menyebabkan produksi ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) kosong hingga membuat harga ikan melonjak.

 

Hal tersebut seperti yang terjadi di TPI Glayem, Kecamatan Juntinyuat. Akibat tak melaut, nelayan di desa itu tak bisa lagi memasok ikan di TPI tersebut. "Sudah seminggu ini nelayan pada gak melaut," ujar Sekretaris KUD Sri MinaTPI Sari Glayem, Dedi Aryanto, kepada Republika, Senin (30/1).

 

Para nelayan di desa tersebut merupakan nelayan tradisonal yang menggunkan kapal kecil berukuran 5–9 gross ton (GT). Setiap kapal, beranggotakan enam sampai 15 orang anak buah kapal (ABK), tergantung ukuran kapalnya. Mereka hanya berlayar di sekitar perairan Indramayu saja.

 

Ketiggian gelombang yang mencapai dua meter, membuat kapal kecil menjadi terancam bahaya. Karena itu, nelayan memilih untuk tidak melaut hingga menunggu kondisi cuaca membaik.  "Pasokan ikan di TPI jadi kosong," kata Dedi.

 

Dalam kondisi normal, produksi ikan di TPI Glayem mencapai sepuluh sampai 20 ton per hari. Adapun nilainya berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 150 juta per hari.

 

Dedi menyatakan, kekosongan pasokan ikan dari nelayan membuat harga ikan melonjak. Adapun lonjakannya rata-rata mencapai 25 persen. Seperti misalnya, kakap putih dari Rp 25 ribu per kg menjadi Rp 30 ribu per kg dan bawal hitam dari Rp 30 ribu per kg menjadi Rp 35 ribu – Rp 40 ribu per kg.

 

Salah seorang nelayan, Rasna mengatakan, kondisi angin di laut saat ini sedang kencang sehingga membuat gelombang di laut menjadi tinggi. Karena itu, dia mengaku memilih untuk tidak melaut terlebih dulu.  "Bahaya, taruhannya nyawa kalau dipaksa melaut," tutur Rasna.

 

Sementara itu, berbeda dengan di Glayem, sebagian nelayan di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon justru nekad melaut meski kondisi gelombang tinggi. Hal itu dikarenakan mereka terdesak kebutuhan ekonomi.

 

"Sulit bagi nelayan untuk tidak melaut karena tidak ada alternatif ekonomi lain, termasuk para istrinya," kata Sekjen Serikat Nelayan Indonesia (SNI) yang berasal dari Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Budi Laksana.

 

Budi menjelaskan, para nelayan di daerahnya sudah menganggur sejak tiga bulan terakhir. Selain akibat faktor cuaca yang tak mendukung, harga ikan dan rajungan hasil tangkapan mereka juga selama ini tak mencukupi kebutuhan para nelayan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement