Senin 30 Jan 2017 17:49 WIB

Tarif Listrik, STNK, dan Harga Cabai akan Kerek Inflasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan, sejumlah kenaikan harga di sisi administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah seperti tarif listrik dan tarif STNK diproyeksikan akan menyumbang inflasi Januari 2017. Selain kedua hal itu, faktor volatile foods seperti harga cabai rawit merah yang sempat melambung di awal tahun ini juga diprediksi akan pengaruhi angka inflasi.

"Akan pengaruhi (inflasi). Namun semoga tidak signifikan," ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, Senin (30/1).

Sasmito menilai, kenaikan sejumlah kebutuhan di awal tahun berpotensi memberikan sumbangan inflasi, tetapi tak signifikan. Ia menilai, kenaikan tarif di sisi administered prices atau harga yang diatur pemerintah seperti tarif listrik dan tarif STNK sudah melalui berbagai pertimbangan. Kenaikan tarif listrik untuk golongan pelanggan 900 Volt Ampere (VA) misalnya, kata Sasmito, diimbangi dengan penurunan tarif listrik untuk golongan 1.300 VA ke atas.

Sementara itu untuk penyesuaian tarif STNK, Sasmito menilai kenaikan yang terjadi tergolong kecil, tak sampai 4 persen dari total biaya STNK. Menurut dia, total sumbangan kenaikan tarif STNK terhadap inflasi hanya sekitar 0,02 persen. Di sisi lain kenaikan harga cabai rawit merah diyakini tak menyumbang inflasi secara signifikan. "Kenaikan cabai rawit memang fenomenal. Namun, bobotnya kalah dengan cabai merah dalam konsumsi umum masyarakat Indonesia," ujar Sasmito.

Melihat pertimbangan tersebut, Sasmito memproyeksikan inflasi Januari 2017 bersifat moderat. Kenaikan harga sejumlah komoditas, termasuk kenaikan tarif listrik dan STNK diyakini tidka akan mengerek angka inflasi terlalu tinggi.  "Inflasi kecil akan datang, bukan saja dari cabai tapi mungkin dari beras karena faktor musim. Secara keseluruhan inflasi Januari nampaknya akan moderat," ujarnya.

Desember 2016 lalu, BPS mencatatkan inflasi sebesar 0,42 persen. Angka ini menggenapi angka inflasi tahun kalender sejak Januari hingga Desember sebesar 3,02 persen. BPS menilai bahwa inflasi tahunan pada 2016 menjadi terendah sejak 2010. Inflasi 2016 (Januari-Desember) mencapai 3,02 persen. Dia mengatakan inflasi 2016 dapat dicapai rendah karena inflasi bulanan yang mampu dijaga. Hal tersebut akhirnya berpengaruh pada inflasi tahunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement