REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua kamar dagang dan industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menyebut bahwa para pemimpin negara-negara Asia Tenggara telah melakukan diskusi untuk memperkuat kerjasama dagang di antara mereka. Diskusi itu, menurut Rosan, dilakukan para pemimpin di tengah pelaksanaan World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss.
Rosan mengatakan, keputusan untuk memperkuat hubungan dagang di antara negara-negara ASEAN tersebut dipicu oleh kebijakan yang telah diambil Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Presiden yang kontroversial itu mengeluarkan Amerika Serikat dari sejumlah perjanjian perdagangan bebas.
Menurut Rosan, potensi Indonesia untuk meningkatkan volume perdagangan di Asia Tenggara masih sangat besar. Volume perdagangan Indonesia di ASEAN, menurut dia, masih di angka 20 persen. Sementara, Malaysia dan Vietnam sudah di angka 25-26 persen.
"Karena itu kenapa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak kita perkuat saja perdagangan bebasnya," kata Roslan, yang baru saja tiba di Indonesia usai menghadiri WEF di Swiss tersebut, Selasa (24/1).
Keluarnya Amerika Serikat dari perjanjian perdagangan bebas Trans Pacific-Partnership (TPP) memang telah menimbulkan ketidakpastian global. Negara seperti Vietnam yang bergantung pada Amerika pasti akan terganggu perekonomiannya. Namun begitu, Rosan melihat, di sisi lain hal itu justru memberi keuntungan bagi Indonesia.
"Tadinya kita bersaing dengan Vietnam, sekarang playing field-nya jadi sama," ujar Rosan.