Selasa 24 Jan 2017 18:48 WIB

Kementan Atasi Serangan OPT di Karawang, Subang dan Indramayu

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani menunjukkan tanaman padinya yang rusak akibat serangan hama wereng.
Foto: Antara/Siswowidodo
Petani menunjukkan tanaman padinya yang rusak akibat serangan hama wereng.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menerjunkan tim untuk memonitoring serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) di lahan pertanian Kabupaten Karawang, Subang dan Indramayu, Jawa Barat. Direktur Perlindungan Tanaman, Ditjen Tanaman Pangan Dwi Iswari membenarkan terjadinya peningkatan populasi dan intensitas serangan OPT. Penyebaran OPT tersebut bahkan cukup merata hampir di seluruh kecamatan sentra produksi.

"OPT tersebut terutama WBC (wereng batang cokelat), penggerek batang padi, ulat grayak, blas dan kresek," katanya melalui siaran yang diterima, Selasa (24/1).

Ia menjelaskan, serangan OPT tersebut sebagian besar dipengaruhi kondisi iklim yang mendukung yakni kondisi lembap dan hangat, juga ketersediaan makanan bagi OPT yang terus menerus. Sebagai langkah pencegahan penyebaran yang lebih luas, petugas pengendali OPT sudah diinstruksikan untuk siaga dan mengintensifkan pengamatan.

Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura di tiga daerah tersebut melalui Brigade Proteksi Tanaman terus melakukan gerakan pengendalian pada daerah daerah endemi dan daerah daerah dengan peningkatan populasi OPT cukup tinggi. Sementara untuk stok pestisida diakuinya masih aman.

"Stok pestisida tersedia dan masih mencukupi untuk satu tahun kedepan," ujar dia.

Menurutnya, serangan OPT tersebut juga dipicu oleh kurang tepatnya pengendalian OPT yang dilakukan petani secara swadaya. Banyak ditemukan petani yang menggunakan pestisida tidak sesuai aturan, seperti tidak tepatnya penggunaan jenis pestisida, pencampuran pestisida dengan berbagai jenis pencampur seperti deterjen, oli, dan lainnya yang justru akan memicu terjadinya resistensi WBC.

"Gerakan pengendalian yg dilakukan oleh Brigade Proteksi Tanaman bersama sama petani secara terus menerus telah berhasil menurunkan populasi OPT," katanya.

Namun demikian, upaya pengendalian dan pengawalan terus dilakukan terutama untuk mengantisipasi Generasi 1 (G1) nimfa WBC dan penerbangan ngengat ulat grayak dan penggerek batang. Dengan demikian perkembangan dan penyebaran OPT lebih lanjut dapat dicegah.

Cara lain untuk pencegahan OPT adalah dengan memberi tempat berlindung bagi musuh alami untuk berkembang biak denhan cara penanaman tanaman refugia atau tanaman bunga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement