Selasa 24 Jan 2017 09:28 WIB

Dolar AS Ikutan Anjlok karena Pidato Trump

Petugas sedang menghitung mata uang dolar pada penukaran uang di Jakarta, Selasa (7/6).  (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Petugas sedang menghitung mata uang dolar pada penukaran uang di Jakarta, Selasa (7/6). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Nilai kurs dolar AS ambruk ke level terendah dalam tujuh pekan terhadap sejumlah mata uang dunia pada Senin (23/1) waktu AS atau Selasa (24/1) dini hari WIB. Anjloknya kurs dolar AS ini dipicu sikap awal pemerintahan Presiden Donald Trump yang sejauh ini diguncang gelombang demonstrasi, pidato Trump yang proteksionis dan rangkaian kemarahannya di Twitter.

Portofolio arus modal beralih mengalir ke Yen akibat ketidakmenentuan dalam politik AS itu sehingga mata uang Jepang ini menguat dua sesi berturut-turut terhadap dolar AS. Sejak awal tahun ini yen telah menguat tiga persen.

Pesan "Amerika yang utama" dari Trump telah diikuti oleh demonstrasi terkoordinasi di kota-kota AS, perang kata-kata antara anggota kabinetnya dengan media massa, dan konfirmasi sejumlah pakta dagang utama menuju keambrukkan. Semua faktor yang menghadirkan ketidakmenentuan dalam arah kebijakan Trump ini akan menciptakan gelombang dalam beberapa bulan ke depan terhadap presiden baru AS itu.

Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia anjlok 0,6 persen pada 100,16, dipimpin oleh amblasnya dolar AS sebesar 1,4 persen terhadap yen Jepang pada 113,01 yen per dolar AS. Anjloknya dolar AS terhadap yen ini adalah yang terbesar dalam sekitar dua pekan terakhir.

"Ada kegelisahan besar setelah pidato Trump yang sangat agresif, merkantilis yang kebanyakan fokus kepada proteksionis," kata John Hardy, kepala strategi valuta asing Saxo Bank di Copenhagen, seperti dilansir Reuters.

Ekonomi merkantilis adalah kebalikan dari liberalisme di mana pemerintahan melakukan campur tangan besar dalam pasar dengan menerapkan aturan-aturan. Juga disebut nasionalisme ekonomi yang populer di Eropa Barat pada abad 16 sampai 18.

"Yang ditakutkan adalah ketika sejumlah gagasan dan inisiatif memang akan mendukung dolar AS, pendekatan merkantilis dan pernyataan Trump belakangan ini bahwa kebijakan mata uang dan kebijakan mata uang Cina terlalu lemah, dapat memicu dugaan bahwa Trump akan menggunakan kebijakan ini untuk mem-bully negara lain."

Indeks dolar AS telah melesat 4,2 persen antara sejak Trump dipilih November silam sampai akhir tahun lalu, sejak itu balik tersungkur sampai 2,5 persen. 

Saat itu dolar AS menguat karena kemenangan Trump menimbulkan asumsi dari pasar bahwa pemerintahan baru AS akan fokus kepada stimulus fiskal yang pro pertumbuhan, pengurangan pajak, dan reformasi aturan yang dapat memicu inflasi sehingga memaksa bank sentral AS Federal Reserve menaikkan suku bunga tahun ini yang lebih cepat dari perkiraan.

Poundsterling menyentuh level tertinggi dalam enam pekan terakhir, setelah investor memperkirakan hari ini Mahkamah Agung Inggris akan mengeluarkan ketentuan yang mengharuskan pemerintah memerlukan pesertujuan parlemen sebelum memformalkan Brexit.

Mata uang Inggris sempat menyentuh level tertinggi sejak 16 Desember pada 1,2506 dolar AS. Poundsterling juga menguat terhadap euro pada level terkuat dalam dua pekan terakhir.

Euro menguat 0,5 persen terhadap dolar AS yang merupakan ketujuh kalinya dalam sembilan kali perdagangan terakhir, yakni di 1,0751 dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement