Rabu 18 Jan 2017 07:25 WIB

Bisnis Bank Syariah 2017 Berpeluang Terus Melonjak, Ini Alasannya

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nur Aini
Perbankan Syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah dinilai perlu menjaga momentum pertumbuhan dan pangsa pasar yang berlangsung sepanjang 2017. Sebagaimana diketahui, sampai akhir 2016 pertumbuhan perbankan syariah mencapai 19,67 persen. Sedangkan pangsa pasar perbankan syariah mencapai angka 5,12 persen, tertinggi sepanjang keberadaan perbankan syariah di Indonesia.

Direktur Eksekutif Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID) Ali Sakti mengatakan tak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan perbankan syariah nasional dalam mencapai pangsa pasar 5,12 persen tidak terlepas dari keberhasilan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh yang melakukan konversi secara menyeluruh pada September 2016. "Tentu kita berharap, momentum ini terus berlanjut, mengingat masih terdapat BPD (NTB) yang sedang berproses menjadi BPD syariah dan beberapa BPD yang berpotensi untuk melakukan konversi menjadi BPD syariah," ujarnya, Rabu (18/1).

Potensi dana yang akan didapatkan dari konversi kedua BPD tersebut diperkirakan mencapai Rp 9 triliun hingga 10 triliun. Angka tersebut, kata dia, akan semakin memperbesar pangsa pasar bank syariah secara nasional.

Berdasarkan kajian awal tahun ISEFID, perbankan syariah pada 2017 harus terus berbenah dan memperbaiki kualitas layanan dan jaringan. Hal ini karena masih terdapat ketimpangan yang lebar dalam perbankan syariah mulai dari sebaran aset, sebaran pembiayaan, dan sebaran dana pihak ketiga (DPK).

Dia mengatakan sebaran aset perbankan syariah masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (77,06 persen), khususnya di Jakarta (53,6 persen). Sebaran pembiayaan juga masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (71,19 persen) khususnya Jakarta (40,19 persen). Sebaran DPK pun masih didominasi di Pulau Jawa (74,70 persen) khususnya Jakarta (47,53 persen).

"Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebaran perbankan syariah belum merata di seluruh wilayah Indonesia," ujar Ali. Perbankan syariah mempunyai peluang untuk menjadi mitra utama pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah.

Pihaknya optimistis perkembangan perbankan syariah akan semakin membaik di 2017. Terdapat kecenderungan peningkatan portofolio pembiayaan berbasis bagi hasil (PLS) yang mendekati angka 40 persen, sedangkan kredit macetnya (NPF) juga semakin rendah, di bawah 4 persen. Menurutnya, ke depan perbankan syariah harus mau melakukan linkage dengan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang memiliki fleksibilitas dan local knowledge dalam memperkuat pembiayaan UMKM.

"Kami berharap perbankan syariah bisa memainkan peran yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan sektor riil," kata alumni International Islamic University Malaysia tersebut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement