Senin 16 Jan 2017 18:40 WIB

Impor Indonesia pada 2016 Turun 4,94 persen

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Maman Sudiaman
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik mencatat, secara umum impor yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan sebanyak 4,94 persen dibandingkan 2015 kemarin. Penurunan impor itu ditandai dari sektor migas sebanyak 23,92 persen dan impor non migas turun sebanyak 0,98 persen.

Pada Desember 2016 lalu tercatat nilai impor migas mencapai 1.69 miliar dolar Amerika. Sedangkan impor non migas mencapai 11,09 miliar dolar Amerika. Peningkatan impor non migas terbesar pada Desemver 2016 didukung perhiasan dan permata sebesar 48,96 persen. Namun untuk jenis mesin dan peralatan listik menurun sebesar 7,07 persen.

"Memang impor non migas kita naik secara kumulatif. Namun impor migas kita turun, karena kondisi pasar internasional yang juga sedang tidak membaik pasca keputusan pemotongan produksi oleh OPEC," ujar Kepala BPS, Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (16/1).

Untuk impor non migas jenis Gula dan Kembang Gula bahkan naik hingga 57 persen. Hal ini disebabkan kebutuhan yang meningkat untuk memasok industri makanan dan minuman yang ada di indonesia. Disatu sisi, produksi dalam negeri belum bisa memenuhi semua kebutuhan gula industri.

Selain gula, BPS mencatat impor daging juga masih mendominasi sebanyak 0,50 persen. Selain daging Indonesia masih banyak mengimpor bahan plastik dan mesin listik seperti perangkat elektronik sebanyak 13,18 persen dari total impor. 

Meski begitu, Suhariyanto menjelaskan dari sisi negara pengimpor China masih mendominasi pasar Indonesia. Selain China, Jepang dan Thailand juga mendominasi pasar Indonesia. "Ya misal gula sendiri saja kita banyak impor dari Thailand pada tahun ini. China masih memegang dominasi karena jenis barang elektronik seperti handphone dan laptop masih menjadi barang utama," ujar Suharyanto.

Selain tiga negara tersebut, Impor Non Migas banyak didominasi dari negara negara asean sebesar 21,46 persen. Sedangkan Uni Eropa sebesar 9,11 persen.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement