REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan rupiah yang mulai berbalik melemah pada akhir pekan lalu tampaknya belum terlalu ditanggapi negatif pada pasar obligasi yang masih bertahan positif. Diperkirakan pasar obligasi pada awal pekan depan akan bertahan positif.
Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan, apalagi dengan masih berlanjutnya pelemahan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tidak mampu menghalangi kenaikan lanjutan dari pasar obligasi.
"Pelaku pasar masih cenderung melakukan aksi beli seiring penilaian kurang kondusifnya sentimen yang ada sehingga pelaku pasar lebih memilih aset-aset yang berisiko rendah yang salah satunya obligasi," ujar Reza, Senin (16/1).
Sementara pergerakan surat utang negara (SUN), terlihat yield bertenor pendek bersamaan dengan tenor menengah dan panjang masih melanjutkan penurunannya atau lebih rendah dari laju yield di hari sebelumnya. Sedangkan laju obligasi korporasi diperkirakan mulai mengalami penurunan meski cenderung terbatas.
Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan yield -0,33 bps; tenormenengah (5-7 tahun) turun -4,81 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun -2,39 bps.
Aksi beli yang terbatas masih mempertahankan kenaikan laju SUN. Tak terkecuali pada seri obligasi benchmark. Pada FR0053 yang memiliki waktu jatuh tempo ±6 tahun dengan harga 99,33 persen memiliki yield 7,15 persen atau turun -2,91 bps dari sehari sebelumnya di harga 99,20 persen memiliki yield 7,18 persen.
Untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 102,98 persen dan yield 7,94 persen atau turun -4,45 bps dari sehari sebelumnya di harga 102,53 persen dan yield 7,989 persen.
Lebih lanjut Reza menuturkan, adanya anggapan pergerakan nilai tukar rupiah yang masih ada potensi pelemahannya memberikan peluang pada pasar obligasi untuk tetap bertahan positif. Tentunya juga didukung oleh masih adanya aksi beli.
"Pergerakan pasar obligasi kami harapkan masih ada peluang melanjutkan pergerakan positif. Namun demikian, tetap cermati berbagai sentimen yang ada terutama imbas dari mulai berbalik melemahnya obligasi AS," kata Reza.