Jumat 13 Jan 2017 04:56 WIB

Curah Hujan Tinggi Durian Brongkol Gagal Panen

Rep: bowo pribadi/ Red: Budi Raharjo
Durian
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Durian

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Para penggemar buah durian dapat dipastikan tidak akan bisa menikmati kelezatan buah durian lokal asal Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Para pemilik pohon durian di sentra penghasil buah durian yang ada di Kabupaten Semarang itu mengalami gagal panen, pada musim buah durian kali ini.

Curah hujan yang cukup tinggi jamak mengakibatkan pohon durian gagal berbuah. Salah seorang pemilik kebun durian, H Amir Mahmud (63) yang dikonfirmasi mengaku, pada musim kemarau lalu hingga memasuki musim hujan kali ini tidak ada panas (curah hujan selalu tinggi).

Sehingga akar pohon durian tidak bisa tua. Dampaknya, pohon durian tidak bisa berbunga. Kalaupun bisa berbunga akhirnya rontok karena hujan dan tidak bisa menjadi buah. “Musim kali ini, termasuk musim gagal bagi durian Brongkol ini,” katanya, Kamis (12/1).

Amir juga menyampaikan, biasanya mulai awal bulan Januari sebagian pemilik kebun durian di desanya sudah bisa memanen buah durian, meski belum panen raya. Di jalan utama menuju Desa Brongkol juga akan banyak pedagang buah durian. Para pemilik kebun durian juga siap meraup keuntungan jutaan rupiah dari musim durian tersebut.

Namun kali ini pemandangan tersebut akan jarang dijumpai. Karena puluhan ribu pohon durian yang tumbuh di bukit Gunung Kelir, Desa Brongkol tidak menghasilkan. “Musim durian kali ini para pemilik kebun durian di Brongkol ini harus gigit jari,” tandasnya.

Hal ini diamini oleh Sabar (48), pemilik kebun durian di Desa Brongkol lainnya. Ia mengungkapkan, pada awal tahun seperti ini biasanya ia sudah kewalahan untuk memenuhi pesanan durian dari luar kota.

Kali ini juga sudah banyak yang menghubunginya untuk memesan buah durian. Namun karena pohon durian di kebunnya tidak berbuah, iapun tidak bisa memenuhi pesanan tersebut. “Bagaimana lagi, buah durian jarang  dan kualitasnya jelek karena banyak hujan,” tegasnya.

Padahal, jelasnya, pada musim buah durian tahun lalu ia bisa meraup keuntungan sebesar Rp 200 juta lebih. Karena hasil kebun durian cukup bagus. Sekarang ia harus memupus keinginan untuk mendapatkan untung tersebut.

Namun ia menyayangkan sebagian oknum warga yang mencoba memanfaatkan situasi dengan menjual buah durian yang didatangkan dari Sumatera. Celakanya, mereka jamak menyebut durian Sumetera tersebut merupakan durian Brongkol.

Padahal dari rasa dan kualitasnya jauh berbeda. Durian Brongkol bahkan sudah dikenal dan jamak menjuarai kontes buah durian tingkat nasional. “Tapi itu hak mereka, tapi bagi mereka yang sudah hafal dengan durian Brongkol pasti tidak bisa ditipu,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement