Rabu 11 Jan 2017 15:53 WIB

Industri Masih Butuh Banyak Tenaga Kerja Lokal

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Tenaga kerja terampil Indonesia - ilustrasi
Tenaga kerja terampil Indonesia - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MOROWALI -- Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan semakin berkembangnya industri dalam negeri maka dibutuhkan banyak tenaga kerja. Kawasan Industri Morowali juga merupakan salah satu peluang penyerapan tenaga kerja.

Airlangga mengatakan, penyerapan puluhan ribu tenaga kerja di kawasan yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ini akan terealisasi apabila pabrik stainless steel berkapasitas dua juta ton dan beberapa industri hilir lainnya telah beroperasi. “Hingga Desember 2016, kebutuhan tenaga kerja pelaksana di kawasan industri ini mencapai 11.257 orang dan untuk tenaga kerja level supervisor atau engineer sebanyak 1.577 orang,” ungkapnya di kawasan industri Morowali, Rabu (11/1).

Sementara itu, diproyeksikan pada tahap kedua periode 2017-2020, penambahan kebutuhan tenaga kerja pelaksana mencapai 10.800 orang dan untuk tenaga kerja level supervisor atau enjinir sebanyak 1.620 orang. “Jumlah tersebut tentunya akan terus bertambah,” ujarnya.

 

Terkait adanya tenaga kerja asing (TKA), Airlangga menjelaskan, itu diperlukan mengingat teknologi yang dipakai di industri smelter dibawa langsung oleh investor negara asal. “Dengan adanya pembangunan industri smelter ini, telah terjadi proses transfer of knowledge melalui pelatihan dan pendampingan oleh tenaga kerja asing kepada tenaga kerja Indonesia (TKI). Misalnya, dalam rangka konstruksi, pemasangan mesin dan peralatan, serta proses produksi,” ujarnya.

 

Airlangga menegaskan, TKA di industri smelter ini bersifat sementara, terutama hanya saat pembangunan proyek. “Pada masa konstruksi, perbandingannya untuk TKI 60 persen dan TKA 40 persen. Sedangkan, ketika masa produksi, pada tahun pertama untuk TKI 65 persen dan TKA 35 persen,” ungkapnya.

Ia memprediksi pada tahun kelima perusahaan beroperasi, dipastikan porsi TKI menjadi 85 persen dan TKA 15 persen. Airlangga menyampaikan, beberapa industri smelter telah bekerja sama dengan Kemenperin dan perguruan tinggi melalui program pelatihan dan pendidikan vokasi. “Dari tahun 2015-2017, Pusdiklat Industri Kemenperin telah menyiapkan SDM sektor industri smelter sebanyak 1.200 orang,” ujarnya.

 

Selain itu, telah memulai pembangunan Politeknik Industri Logam Morowali Berbasis Kompetensi dan Akademi Komunitas Industri Logam Bantaeng, yang keduanya memiliki konsep kurikulum link and match dengan industri. Program Diploma II yang ditawarkan berupa program studi Teknologi Perawatan Mesin, Teknologi Listrik dan Instalasi serta Teknologi Kimia Mineral dengan kapasitas 192 orang per tahun.

 

”Diharapkan ke depannya, interaksi antara para pelaku industri smelter, tenaga kerja dan pemerintah dapat bersama-sama meningkatkan kontribusi industri pada perekonomian nasional yang pada akhirnya meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia,” ujarnya.

 

Kemenperin mencatat, terdapat 22 industri smelter yang telah bergabung dengan Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) dan 75 persen telah beroperasi secara komersial. Total invetasi smelter tersebut telah mencapai 12 miliar dolar AS dan menyerap tenaga kerja sebanyak 28 ribu orang. Perkembangan pembangunan smelter dan proses hilirisasi industri bahan dasar mineral merupakan konsekuensi positif dari pemberlakuan UU Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.

Baca juga: Menperin Minta Industri Kembangkan Usaha Rakyat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement