Rabu 11 Jan 2017 15:16 WIB

Investasi Alibaba ke Taiwan Terancam Gagal

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Alibaba Grup (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Alibaba Grup (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Alibaba Group Holding masih menunggu persetujuan untuk penempatan dana di perusahaan Taiwan sebesar 45 juta dolar AS. Perusahaan daring raksasa Cina tersebut berjanji tak akan menempati posisi jabatan di perseroan yang mendapat investasi tersebut.

Dana tersebut akan masuk ke China Development Financial Holding (CDF), salah satu perusahaan holding keungan terbesar di pulau tersebut. Alibaba berencana mengambil 29,99 persen saham. Meski demikian, kesepakatan itu masih harus disetujui Komisi Investasi Taiwan meskipun aplikasi telah diajukan sejak tiga bulan lalu. Hal ini meningkatkan kekhawatiran dana tersebut akan ditolak di tengah dinginnya hubungan politik dengan Cina.

Cina memotong saluran komunikasi resmi dengan Taiwan pada Juni lalu setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menolak berkomitmen 'Satu Cina'. 'Satu Cina' merupakan pengakuan bahwa Taiwan adalah bagian dari Cina.

Ketegangan ini juga berdampak pada penawaran bisnis lainnya. Pada November, Taiwan ChipMOS Technologies mengatakan membatalkan rencana penjualan saham senilai 373 juta dolar AS ke Tsinghua Unigroup Cina karena ketidakpastian izin peraturan Taiwan. Seorang sumber yang menolak diidentifikasi mengatakan rencana investasi Alibaba tersebut menawarkan keuntungan untuk perusahaan baru Taiwan.

"Alibaba dapat menawarkan bantuan untuk pengusaha Taiwan memasuki pasar, bukan hanya di Cina tapi juga di Asia Tenggara," katanya.

Komisi mengatakan menilai tepat untuk mengambil pendekatan yang lebih hati-hati untuk investasi dari Cina. "Pada prinsipnya kami menyambut investasi asing dan investasi Cina," kata Sekretaris Komisi Eksekutif Emile Chang. Tapi, kata dia, proses peninjauannya ketat. Perwakilan dari Alibaba tidak meresponS untuk mengomentari hal ini. Sementara itu, investor lain dalam pendanaan tersebut termasuk Quanta Computer, pemasok Apple Inc dan Far EasTone Telecommunications.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement