Selasa 10 Jan 2017 12:47 WIB

Analis: Ruang Penguatan Rupiah Terbuka Lebar Selama Sepekan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
Seorang petugas teller menghitung mata uang rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada pekan ini ruang penguatan rupiah terbuka, seiring dengan sentimen positif dalam negeri dan meredanya ketidakpastian global. Pada perdagangan hari ini, Selasa (10/1) laju rupiah terus menguat hingga ke level Rp 13.287 per dolar AS.

Analis Riset Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, dalam laporan riset mingguan menyebutkan, rupiah secara umum masih mengoreksi depresiasi tajamnya, terbantu oleh harga komoditas yang masih tinggi. 

"Meredanya ketidakpastian global tidak hanya membuat daya tarik aset berdenominasi rupiah kembali naik, terutama SUN, tetapi juga membuat BI lebih percaya diri untuk mendukung prospek pertumbuhan yang terancam oleh kebijakan fiskal kontraktif,"ujar Rangga dalam laporan risetnya, Selasa (10/1).

Rangga menuturkan, setelah sempat khawatir inflasi tinggi dan derasnya aliran dana asing keluar, BI beri sinyal ruang pelonggaran moneter masih ada di awal 2017. "Ruang penguatan rupiah terbuka minggu ini dengan sentimen positif yang mulai bertambah banyak relatif terhadap sentimen negatif," katanya.

Sembari menunggu inflasi Januari 2017 yang diperkirakan naik yakni ada kenaikan BBM non-subsidi 4 persen, isu reshuffle mulai kembali naik. Hal ini menambah sentimen politik, yang belum tentu negatif, menjelang pemilihan gubernur DKI Jakarta pada Februari 2017 nanti.

Dari sisi global, dollar index, bersamaan dengan imbal hasil surat berharga AS, yang sempat naik di Desember 2016 mulai terkoreksi seiring dengan rilis data AS yang kurang memuaskan. Selain itu, pada pekan ini pasar menunggu pidato Yellen serta beberapa anggota the Fed lainnya yang diperkirakan tetap hawkish. 

Kenaikan harga komoditas yang mulai melandai secara umum, menurut Rangga, masih akan berlanjut naik sehingga akan membatasi penguatan dolar AS yang berlebihan. "Pada Jumat (13/1) pagi pasar juga menunggu neraca perdagangan Cina yang diperkirakan naik tipis," ujarnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement