Selasa 10 Jan 2017 03:41 WIB

Petani Resah Kesulitan Dapatkan Pupuk SP 36

Rep: lilis handayani/ Red: Budi Raharjo
Petani menabur pupuk urea (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani menabur pupuk urea (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Para petani di berbagai daerah di Kabupaten Indramayu mengeluhkan langkanya pupuk SP 36 dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi itu mengancam berkurangnya produksi padi milik mereka.

 

"Pupuk SP 36 ini langka sejak Oktober 2016 lalu," ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, kepada Republika, Senin (9/1).

 

Sutatang mengatakan, pupuk SP 36 yang biasanya tersedia di kios-kios pertanian, kini sangat sulit diperoleh. Jika pun ada, harganya melambung tinggi. Dalam kondisi normal, harga eceran tertinggi (HET) pupuk SP 36 hanya Rp 2.000 per kg secara karungan dan berkisar Rp 2.300 per kg secara eceran.

Namun kini, harga pupuk SP 36 yang dijual eceran sudah mencapai Rp 3.500 hingga Rp 3.700 per kg. "Tapi itu juga jumlahnya sangat terbatas," kata Sutatang.

 

Sutatang mengaku tidak tahu penyebab terjadinya kelangkaan pupuk SP 36 tersebut. Menurut informasi dari pihak PT Petrokimia yang menjadi produsen pupuk SP 36, alokasi pupuk tersebut memang sudah habis untuk 2016. "Katanya Januari 2017 akan ada lagi. Tapi kenyataannya tidak semua kios dapat," ujar Sutatang.

 

Sutatang menyatakan, kelangkaan pupuk SP 36 membuat para petani resah. Pasalnya, ibarat makanan empat sehat lima sempurna, keberadaan pupuk SP 36 menjadi pelengkap penyubur tanaman supaya menjadi sempurna. Dalam setiap hektare tanaman padi, dibutuhkan 100 kg pupuk SP 36.

 

Menurut dia, kandungan phospat dalam SP 36 berfungsi untuk menggemburkan tanah. Saat kandungan phospat berkurang maka akan membuat bobot gabah nantinya akan berkurang. Misalnya yang biasanya 50 kg, akan berkurang menjadi 40 kg.

 

Salah seorang pemilik kios pertanian di Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Rusdani, menyatakan, kiosnya tidak pernah lagi mendapat pasokan pupuk SP 36 sejak beberapa bulan terakhir. Kesulitan memperoleh pupuk SP 36 juga terjadi di kios-kios pertanian lainnya di Kecamatan Terisi. "Petani jelas resah," terang Rusdani.

 

Rusdani menjelaskan, biasanya mendapat pasokan 30 ton pupuk SP 36 untuk memenuhi kebutuhan pupuk di daerahnya. Namun, kini tidak ada pasokan sama sekali ke kiosnya.

 

Rusdani mengaku, mendapat informasi dari distributor bahwa pupuk SP 36 akan kembali ada pada Januari 2017. Namun kenyataannya, hingga kini pasokan yang dijanjikan tak kunjung datang.

 

Rusdani mengungkapkan, pupuk SP 36 merupakan pupuk yang disubsidi pemerintah. Dia menilai, lebih baik subdisi itu dihapus asalkan pupuk tersebut selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan para petani. "Lebih baik pupuknya tetap ada walau tanpa subsidi," kata Rusdani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement