Sabtu 07 Jan 2017 09:36 WIB

TPID Bali Gelontorkan 200 Kg Cabai Rawit

Pedagang memilah cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/1) malam. Harga cabai di sejumah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Terutama harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 130.000/Kilogramnya,hal ini disebabkan karena tingginya curah huja
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang memilah cabai di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/1) malam. Harga cabai di sejumah pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Terutama harga cabai rawit merah melonjak hingga Rp 130.000/Kilogramnya,hal ini disebabkan karena tingginya curah huja

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali menggelontorkan sebanyak 200 kilogram cabai rawit dengan harga Rp 85 ribu per kilogram ke tengah masyarakat melalui pasar murah. Hal ini dilakukan guna menekan tingginya harga komoditas tersebut.

"Pasar murah ini untuk menekan harga pasar cabai rawit," kata Ketua TPID Bali Ketut Sudikerta di Pasar Kreneng Denpasar, Sabtu (7/1).

TPID Bali mengalokasikan masing-masing 100 kilogram cabai rawit ke Pasar Kreneng dan Pasar Badung (eks Tiara Grosir) Kota Denpasar sebagai tahap awal pasar murah di Ibu Kota Provinsi Bali itu. Pasar murah yang digelar TPID Bali itu disambut antusias masyarakat yang saat itu tengah berbelanja kebutuhan pokok di Pasar Kreneng.

"Harga yang dijual lebih murah. Harapannya harganya cepat turun," kata Tunik, pembeli.

Selain menjual cabai rawit, TPID Bali bersama Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Denpasar juga menjual gula pasir dengan harga Rp 12.500/kg. Rencananya pasar murah cabai rawit akan digelar secara terus-menerus di wilayah lainnya hingga harga komoditas pangan itu stabil.

Adanya pasar murah itu merespons melonjaknya harga cabai rawit yang beberapa hari belakangan harganya mencapai Rp 100 ribu hingga Rp 110 ribu/kg. Kenaikan harga cabai rawit di pasaran disinyalir bukan karena terhambatnya pasokan, melainkan faktor cuaca buruk.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Azka Subhan selaku Ketua Tim Teknis TPID Bali mengatakan beberapa sentra produsen cabai di Pulau Dewata, seperti di Petang Kabupaten Badung dan di Baturiti Kabupaten Tabanan sudah memasuki masa panen. Namun, karena cuaca buruk yang terjadi belakangan ini, turut memengaruhi produktivitas tanaman tersebut.

"Ketika musim hujan saat ini, faktor cuaca sangat berperan," ucapnya.

Cuaca buruk berupa hujan dan angin kencang serta hama tanaman, kata dia, merusak panen cabai rawit. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak terpaku dengan kebutuhan cabai rawit, tetapi mengalihkan jenis lain, seperti cabai keriting hijau, cabai seret, cabai setan, dan cabai merah besar.an

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement