Jumat 06 Jan 2017 20:35 WIB

Pedagang: Beli Cabai Rp 1.000 Dikasih Empat Buah

Red: Nur Aini
Cabai, ilustrasi
Cabai, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Kenaikan harga cabai di Kulon Progo sempat menembus Rp 100 ribu per kilogram (kg). Dengan harga ini, petani cabai setempat pun meraup untung.

Salah satu pedagang Pasar Sentolo Sortiyah mengatakan satu minggu terakhir, harga cabai sebesar Rp 100 ribu per kg. "Kalau ada yang beli Rp 1.000 hanya dikasih empat buah," kata dia di Kulon Progo, Jumat (6/1).

Meski demikian, petani cabai di lahan pantai Desa Bugel, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, meraup keuntungan relatif besar puluhan juta rupiah atas hasil panen yang melimpah dan harga di pasaran yang cukup tinggi. Ketua Kelompok Tani Gisik Pranaji Sukarman mengatakan harga cabai ditingkat petani mencapai Rp 80 ribu per kg.

"Sejak September 2016, harga cabai terus merangkak dari Rp 25 ribu per kg, sekarang mencapai Rp 80 ribu per kg. Keuntungan yang didapat petani juga sangat banyak," kata Sukarman.

Ia mengatakan harga cabai keriting di tingkat petani sebasar Rp 35 ribu per kg dari sebelumnya Rp 25 ribu, cabai rawit Rp 80 ribu per kg dari sebelumnya Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu. "Harga cabai di tingkat petani terus meningkat karena jumlah produksi turun hingga 50 persen dibandingkan pada masa tanam pertama," katanya.

Ia mengatakan musim tanam pertama yakni pada Maret dan mulai panen pada Mei. Pada masa taman pertama, satu hektare tanaman cabai mampu menghasilkan 12 ton hingga 15 ton. Pada September 2016 sampai saat ini, satu hektare tanaman cabai hanya menghasilkan antara 5 ton hingga 7 ton.

"Pada Mei 2016, harga cabai di tingkat petani hanya Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per kg, kami sangat rugi tenaga dan biaya operasional. Pada September 2016, kami mulai menikmati keuntungan dari hasil panen cabai," katanya.

Ia mengatakan hasil panen September sampai sekara,ng hanya dapat mencukupi permintaan pasar lokal. Tengkulak menjualnya ke Pasar Beringharjo, Giwangan dan Gamping. Hasil panen Mei, biasanya dijual ke Jakarta dan Sumatra. Hal ini dikarenakan permintaan pasar lokal sudah cukup. "Kami tidak menjual hasil panen ke luar DIY. Permintaan lokal masih kurang," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement