Kamis 05 Jan 2017 16:28 WIB

Kementan Perlu Tumbuhkan Sentra Produksi Cabai

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Petani Cabai (ilustrasi)
Foto: informasi-budidaya.blogspot.com
Petani Cabai (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyakan daerah yang kekurangan suplai cabai membuat harga komoditas ini meningkat tajam. Dari harga puluhan ribu per kilogram (kg), saat ini harganya telah meningkat menjadi ratusan ribu per kg.

Direktur Utama ‎PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Agus Andiyani menuturkan, pihaknya memang mulai membantu Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan dalam mendistribusikan sejumlah komoditas bahan pokok termasuk cabai. Beberapa kali PT PPI telah mendistribusikan cabai dari sentra produksi ke daerah yang harga cabainya melonjak tajam.

Misalnya, ketika produksi di Makassar murah dan membludak sedangkan di Jakarta mahal, maka PT PPI akan mendistribusikan cabai dari Makassar ke Jakarta. Bahkan PPI sempat ikut menyalurkan cabai dari Makassar ke Padang.

"Jadi mana daerah yang harga cabainya tinggi, dan di daerah lain masih bagus ya kita akan kirim cabai ke yang daerah harganya tinggi," kata Agus ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (5/1).

Menurut Agus, dalam pendistribusian ini memang ada kesulitan ketika jumlah produksi dari petani sangat minim, sedangkan daerah yang membutuhkan pasokan cabai sangat banyak dan jumlahnya tinggi.

Kondisi iklim yang tidak memberikan keuntungan bagi komoditas cabai seperti sekarang juga menjadikan petani 'malas' untuk memetik cabai. Ketika mereka tahu akan ada hujan di tempat produksi cabai, mereka memilih menunda esok hari, karena biaya operasional yang dikeluarkan akan lebih banyak ketika dua kali memetik cabai.

Agus menjelaskan, Kementan seharusnya bisa menambah jumlah daerah penghasil cabai di Indonesia. Karena selama ini sentra cabai tidak merata, hasilnya ada daerah yang cukup jauh untuk mendapatkan pasokan cabai. Minimnya sentra cabai ini juga membuat pendistribusian tersendat, dan harganya mahal karena alur distribusi yang terlampau jauh.

"Misalnya di setiap provinsi ini daerah mana saja yang berpotensi menjadi sentra cabai. Jadi tidak hanya mengandalkan sentra-sentra cabai yang jauh untuk distribusi," ungkap Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement