REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan awal tahun ini pihaknya bersama Menteri Pertanian akan mengevaluasi dan mengubah penetapan harga acuan. Ia menilai harga acuan ini masih relevan dan masih harus diatur untuk menjaga stabilitas harga.
Enggar menjelaskan, penetapan harga acuan juga mengatur skema distribusi sehingga harga tak membebani masyarakat namun disisi lain tetap menguntungkan para petani dan penjual. Enggar menjelaskan pihaknya sudah berbicara dengan beberapa pihak seperti asosiasi petani dan pedagang terkait hal ini. Kemendag juga sudah membuat komitmen dengan Bulog untuk mengendalikan harga beras.
"Harga lari kalau gak ada permendag. Apakah efektif? Ada harga acuan, ada stok dibawah kendali pemerintah. Kami sekarang sudah mendpaatkan satu komitmen beras di bulog dan kesepakatan beras di cipinang. Kedua, sebentar lagi, secara individual, minyak goreng di lebaran dan tahun baru saya megang stok, dan mereka berani spekulasi saya grojok disana," ujar Enggar di Kantor Kemendag, Rabu (4/1).
Enggar menjelaskan ia menjamin hingga Maret mendatang barang yang ditetapkan pada harga acuan berada pada cadangan stok yang aman. Ia menilai dengan stok yang aman dan memegang komitmen para produsen serta distributor harga bisa dikendalikan.
"Itu stok ada, jadi kita efektif. Gula saya jamin, jumlah stok gula, pemegang 70 persen distribusi ada 40 ribu ton, 370 ribu ton, 70 persen dari distribusi. Belum yang 30 persen, jadi aman. 70 persen ini kami kendalikan dengan harga Rp 12.500 itu. Kami kendalikan juga jangan mau terima harga jual di atas situ," ujar Enggar.
Enggar mengatakan pihaknya sedang menggodog revisi penetapan harga acuan ini dengan pihak Kementan. Dirinya mengatakan sampai saat ini pihaknya masih memilah jenis komoditas apa saja yang akan tetap dalam harga acuan dan beberapa komoditas baru. "Kita akan keluarkan timnya dengan kementan. Komoditas sama, ada beberapa yang nanti saya kurangi," ujar Enggar.