REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengumumkan, NTB mengalami inflasi sebesar 0,63 persen pada Desember 2016 atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 124,46 pada November 2016 menjadi 125,25 pada Desember 2016.
"Angka inflasi ini berada di atas angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,42 persen," kata Kepala BPS NTB Endang Tri Wahyuningsih dalam jumpa pers di Kantor BPS NTB, Mataram, Selasa (3/1).
Dia merinci, Kota Mataram mengalami inflasi sebesar 0,75 persen, sedangkan Kota Bima tercatat sebesar 0,42 persen. Menurutnya, inflasi sebesar 0,63 persen pada Desember di NTB dikarenakan adanya kenaikan harga pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, kelompok kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga. Sedangkan penurunan indeks terjadi pada kelompok sandang, transport, komunikasi, dan jasa keuangan.
Endang menjelaskan, komoditas terbesar yang menjadi penyumbang inflasi di NTB terdiri atas beras, kue kering berminyak, bawang merah, cabai rawit, tongkol, bandeng, daging ayam ras, tongkol pindang, pisang, dan sawi hijau.
"Sementara komoditas yang memberikan sumbangan terbesar deflasi ialah emas perhiasan, angkutan udara, semen, tomat sayur, salak, bahan bakar rumah tangga, cabai merah, apel, pepaya, serta kerudung," ungkapnya.