REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perusahaan Samsung Electronics Co melihat perlambatan pertumbuhan di pasar utama dan ketidakpastian meningkat di sekitar proteksionisme perdagangan dan fluktuasi mata uang.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (2/1), Wakil Presdir Samsung Kwon Oh-hyun mendesak karyawan untuk belajar dari kegagalan mahal yang raksasa elektronik ini berusaha untuk pulih dari kegagalan seputar smartphone Note 7 pada 2016.
"Kita tidak harus berkompromi dengan bahkan masalah terkecil dalam kualitas produk," kata Kwon di kantor pusat perusahaan di Suwon, Korea Selatan pada pidato tahun barunya. "Mari kita kembalikan harga diri kita dengan meningkatkan proses manufaktur dan inspeksi keselamatan."
Kecenderungan Note 7 terbakar membuat adanya penarikan global dan produk besar ini akhirnya dibatalkan. Kegagalan menyebabkan perusahaan pembuat smartphone terbesar di dunia ini rugi lebih dari 6 miliar dolar AS dan mendorong keuntungan di bisnis mobile ke rekor terendah pada kuartal ketiga.
Perusahaan ini juga terlibat dalam tuduhan sedang diselidiki oleh jaksa Korea Selatan bahwa penggabungan dua afiliasinya pada tahun 2015 mungkin telah menerima perlakuan istimewa dari pemerintah. "Sementara Samsung sedang memerangi tantangan-tantangan ini, para pesaingnya telah berfokus pada dan berinvestasi dalam kunci teknologi masa depan seperti kecerdasan buatan dan big data," kata Kwon.
Dia meminta karyawan untuk membantu perusahaan memperluas kepemimpinan teknologi melalui inovasi dan perangkat bisnis yang terus ditingkatkan.