REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Para petani di delapan kecamatan di Kabupaten Indramayu mengeluhkan sulitnya memperoleh pasokan air untuk tanaman padi milik mereka. Hal itu menyusul adanya proyek perbaikan saluran irigasi yang mengarah ke areal persawahan milik mereka.
Adapun delapan kecamatan itu, yakni Kecamatan Balongan, Sliyeg, Juntinyuat, Karangampel, Krangkeng, Kedokanbunder, Jatibarang dan Indramayu. Di delapan kecamatan itu, lahan yang kesulitan air mencapai ribuan hektare.
"Kesulitan air itu tersebar secara spot-spot di beberapa titik, terutama yang jauh dari saluran irigasi," ujar Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang kepada Republika.co.id, Kamis (29/12).
Sutatang menjelaskan, areal pertanian di delapan kecamatan itu sumber pengairannya selama ini berasal dari Saluran Induk (SI) Sindupraja, Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka. Saat ini, saluran irigasi yang berasal dari SI Sindupraja sedang dalam proses perbaikan.
Menurut Sutatang, proyek perbaikan saluran irigasi tersebut membuat penyaluran air ke lahan-lahan milik petani di delapan kecamatan di Kabupaten Indramayu menjadi tersendat. Petani harus bersabar mendapat pasokan air secara bergilir sepekan sekali.
Padahal, tanaman padi milik para petani di delapan kecamatan itu baru mulai tanam dan sangat membutuhkan air. Saat ini, umur tanaman padi mereka rata-rata baru satu pekan sampai 20 hari.
Bahkan, untuk lahan persawahan di Kecamatan Balongan, banyak yang baru persemaian. Selain itu, adapula yang belum tanam sama sekali karena kesulitan air.
Sutatang mengatakan, untuk bisa mengairi sawah mereka, banyak petani yang harus menggunakan jasa pompanisasi. Akibatnya, mereka harus merogoh kocek lebih dalam.
Sementara itu, lebih dari sepekan terakhir, hujan tak kunjung turun di wilayah Kabupaten Indramayu. Bahkan, cuaca selalu panas layaknya puncak musim kemarau. Hujan baru kembali turun pada Rabu (28/12) sore hingga malam.