REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI berencana melakukan program regrouping terhadap enam Pabrik Gula (PG) untuk dialihfungsikan menjadi workshop atau house of maintenance dan wisata heritage. Keenamnya merupakan PG yang berkapasitas kecil.
Direktur Utama PTPN XI Dolly Parlagutan Pulungan mengatakan rencana alih fungsi tersebut permintaan dari Kementerian BUMN untuk efisiensi pabrik. Meski melakukan alih fungsi PG, perseroan akan memperbesar kapasitas PG lain yang memiliki potensi besar. Keenam PG yang akan berubah fungsi tersebut yakni PG Kanigoro Madiun, PG Olean, PG Wringin Anom, PG Pandjie, PG Rejosari dan PG Purwodadi.
"Jadi pabrik tidak ditutup, tapi hanya berubah fungsi, misalnya di PG Olean Situbondo akan jadi wisata heritage, lalu di bagian barat ada PG Kanigoro akan jadi house of maintenance, di mana karyawan dan masyarakat sekitar akan tetap diberdayakan," kata Dolly melalui siaran pers, Kamis (29/12).
Menurut Dolly, keenam pabrik tersebut tidak bisa dipaksakan terus untuk memproduksi gula karena dalam skala ekonomi tidak mungkin dilakukan. Selain kapasitasnya yang kecil, juga kurangnya suplai tebu ke pabrik tersebut. “Kalau memang dipaksakan, skala ekonominya tidak mungkin karena semua pabrik itu tebunya tidak cukup. Kalau tebu mencukupi, kami siap terus memproduksi gula,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang berbeda General Manager PG Kanigoro, Prijastono menjelaskan dalam tiga tahun terakhir ini PG Kanigoro mengalami kerugian. Bahkan, tahun ini PG Kanigoro tidak mampu produksi akibat tidak adanya pasokan tebu dari petani.
"Kapasitas PG Kanigoro ini 2.000 TCD atau butuh 300 ribu ton tebu per tahun, tetapi selama ini suplainya hanya mampu 100 ribu ton tebu. Bahkan tahun depan proyeksi pasokan tebu yang akan digiling hanya 70 ribu ton," terang Prijastono saat menerima kunjungan kerja anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo Soekartono, Rabu (28/12).
Menurut Prijastono, masa giling tebu di PG Kanigoro hanya bisa berlangsung 60 hari karena kurangnya bahan baku tebu. Kurangnya pasokan tebu di wilayah barat ini disebabkan oleh perubahan wilayah kota dimana sudah banyak alih fungsi lahan menjadi perumahan dan lainnya. "Tebu kurang karena lingkungannya menjadi perkotaan, lalu tebu yang masih ada protasnya pun turun. Selain itu di wilayah barat ini juga banyak pabrik gula sehingga berebut pasokan bahan baku tebu," ujarnya.
Dalam memenuhi kebutuhan tebu tahun depan, PTPN XI telah bekerja sama dengan Perhutani untuk perluasan lahan tanam tebu seluas 1.000 hektare dan dengan wilayah lain sekitar 1.200 hektare.
Dalam kesempatan kunjungan kerja Komisi VI DPR itu, Bambang Haryo meminta PTPN XI mempertimbangkan agar PG Kanigoro tidak dialihfungsikan apalagi ditutup. Sebab, alih fungsi ini menyangkut hidup banyak masyarakat di Madiun. "Saya tidak ingin pabrik ditutup, kita harus bersyukur punya PG yang SDM-nya bayangkan upah di Surabaya atau Pasuruan. Harusnya di sini yang dikembangkan, dan mempertahankan sektor pangan kita," katanya.
Saat ini, PG Kanigoro memiliki sekitar 200 pekerja. Saat masa giling tiba terdapat sekitar 700 orang yang bekerja di pabrik tersebut. "Pemerintah harus menyediakan bahan baku dengan cara membuat tata ruang yang baik, on farm tebu harus dipertahankan karena kebutuhan gula kita 5 juta ton, tapi baru bisa dipenuhi 2 juta ton dan 3 juta tonnya impor," ujar Bambang.