REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) mengakibatkan kekhawatiran ekonomi. Hal itu karena sejak masa kampanye, Trump terus menyampaikan berbagai kebijakan ekonomi kontroversial.
Meski begitu, Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy menyatakan kebijakan agresif tersebut tak akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia. "Kalau Trump ingin melakukan proteksi perdagangan, tentu AS akan menyasar negara-negara yang surplus perdagangannya dengan AS," ujarnya di Plaza Mandiri, Kamis, (22/12).
Menurutnya, perdagangan Indonesia-AS cukup kecil sehingga Indonesia tak masuk hitungan. "Bandingkan Cina dengan AS yang surplusnya 260 miliar dolar AS. Indonesia hanya 8 miliar dolar AS," jelas Leo.
Ia mengungkapkan, Indonesia justru harus mewaspadai gejolak ekonomi di Cina, sebab dampaknya terhadap perekonomian Indonesia lebih besar. Setiap satu persen pertumbuhan GDP Cina bakal berpengaruh pada 0,1 persen pertumbuhan Indonesia.
"Cina ini pengaruhnya lebih besar untuk Indonesia," jelasnya.
Hanya saja, Leo tak memungkiri kalau kebijakan Trump nanti berdampak pula ke Indonesia. "Di pasar finansial ini pengaruhnya besar, karena begitu bond rate di AS pasti akan sangat berpengaruh ke pasar finansial kita," tambahnya.