Kamis 22 Dec 2016 12:07 WIB

Ini Makna Hari Ibu di Mata Sri Mulyani

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Damanhuri Zuhri
Sri Mulyani (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Sri Mulyani (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani memaknai Hari Ibu yang diperingati pada 22 Desember dari sisi sejarah. Kembali ke 88 tahun lalu saat Kongres Perempuan pertama kali diadakan di Yogyakarta.

Sri Mulyani menyebutkan saat itu perempuan Indonesia membuktikan mereka tak hanya peduli pada diri sendiri. Lebih jauh, lanjut Sri Mulyani mengatakan, perempuan Indonesia sudah memiliki inisiatif untuk terlibat langsung dalam membangun republik.

"Pukul 24.00 tadi malam sudah ada yang ucupkan Hari Ibu. Ada yang kirim artikel kongres pada 22 Desember 1928. Dilihat dari berbagai versi sejarahnya, Anda akan betul-betul tersentuh," ujar Sri Mulyani, Kamis (22/12).

Sri Mulyani kemudian menilik proses sejarah penentuan tanggal 22 Desember menjadi Hari Ibu. Ia menyebutkan, makna peringatan Hari Ibu sebenarnya menjadi bukti bawa Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, melihat perempuan Indonesia memiliki kepedulian yang luas.

Artinya, kata Sri Mulyani, perempuan tak semata memikirkan kehidupannya sendiri namun juga ikut membangun bangsa, tak mengenal suku, agama, dan ras.

"Jadi kalau memaknai hari ini, triggernya adalah inisiatif dan ambisi perempuan yang bahkan 88 tahun lalu sudah punya ide dan mimpi besar. Kita harus merenungkan ini," ungkap Sri Mulyani menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement