Jumat 16 Dec 2016 17:25 WIB

Pengusaha Tunggu Respons BI Terhadap Kenaikan Bunga The Fed

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nur Aini
Suku bunga bank (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Kadin Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan saat ini semua pengusaha berharap Bank Indonesia bisa membuat formulasi yang aman bagi dunia usaha di tengah keputusan The Fed menaikkan suku bunga. Shinta mengatakan nantinya terpengaruh atau tidaknya dunia usaha terhadap kenaikan suku bunga The Fed tergantung bagaimana Bank Indonesia merespon hal tersebut.

Shinta menjelaskan, sebenarnya kondisi ekonomi global yang penuh tidak kepastian sudah membuat iklim usaha berhati-hati dalam mengambil keputusan. Namun, dengan adanya keputusan kenaikan suku bunga The Fed maka dunia usaha juga mengambil langkah wait and see dalam menjalankan rencana investasinya.

"Kami dari dunia usaha tentu bergantung pada keputusan BI dalam merespon kenaikan suku bunga the fed ini. Jika memang BI ikut menaikkan suku bunganya, tentu ini akan berdampak langsung dengan kita di dunia usaha," ujar Shinta saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (16/12).

Shinta menjelaskan, dunia usaha pun sampai saat ini masih berharap bahwa BI bisa membuat formulasi khusus untuk merespon kenaikan suku bunga the Fed ini. Jika memang nantinya BI akan menaikkan suku bunganya, hal ini juga harus mempertimbangkan dinamika iklim usaha dan investasi.

"Kami sih memang akan antisipasi ya, karena BI kayaknya juga akan menaikkan suku bunga. Tapi BI memang harus menjaga betul agar tak terjadi lonjakan yang tinggi," ujar Shinta.

Namun, Shinta menilai, ke depan tak akan ada larinya modal ke luar negeri atau mengeluarkan cadangan devisa untuk merespon kenaikan suku bunga the Fed ini. Shinta mengatakan, BI harus bisa menjaga suku bunga tanpa menguras cadangan devisa.

"Saya rasa sih ini nggak sampai harus mengeluarkan cadangan devisa kita. Tetapi memang BI harus antisipasi betul. BI kemarin sudah bicara dengan Kadin dan menilai masih belum perlu mengeluarkan cadev," ujar Shinta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement